Mohon tunggu...
Indarwati Indarpati
Indarwati Indarpati Mohon Tunggu... -

Seorang ibu rumah tangga biasa berbuntut 3 yang belajar jadi penulis di Kompasiana. :-)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bukan Review Breaking Dawn

19 November 2011   12:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:27 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mumpung masih hangat, iseng-iseng pengin mengomentari film Breaking Dawn yang baru kutonton. Namanya mengomentari, bukan mereview, tentu jauh dari keilmuan yang harus dipunyai oleh seorang reviewer, apalagi kritikus.
Awalnya, aku berniat menonton Sang Penari. Ronggeng Dukuh Paruk adalah buku terbaik yang pernah kubaca dan kupunya sepanjang masa. Adaptasinya ke dalam film jelas sangat membuatku penasaran. Namun, karena baru akan diputar setengah jam dari kedatanganku ke 21, sementara aku tak mau menunggu maka rencana kualihkan ke pintu 1 yang memutar Breaking Dawn. Sequel sebelumnya cukup aku tonton via VCD sewaan.
Mencari tempat dudukku di kegelapan, penerangan dibantu oleh sinar dari layar yang menayangkan bagian awal film, percakapan Bella n Edward Cullen. Entah sudah berapa menit aku ketinggalan.
Seperti yang kubaca, lulus sekolah si Bella ngotot ingin menikah. Kalau tidak salah usianya 18 tahun. Temannya sampai mengira dia sudah hamil (dan tentu saja tak berniat menggugurkan) karena tak lazim di negara Paman Sam usia segitu menikah.
Bagian awal cerita, hampir sepertiga kurasa (sampai aku bosan) berisi adegan percintaan Bella Swan dan Edward Cullen. Adegan ciuman yang cukup panas sering kali ditampilkan. Merasa kurang hot, si penulis script (dan sutradara tentunya) menampilkan si Bella tanpa busana (awalnya kukira topless saja) di adegan honeymoon mereka di pulau Esme. Meski di-shoot dari jauh, ya tetap aja berasa hotnya.
Seperti kesan yang kudapat dari membaca novelnya, film ini sama membosankan. Mungkin karena terlalu banyak porsi ciuman, percintaan, dan adegan mesra-mesraan itu tadi. Aku memutuskan nonton ini karena asli penasaran dengan si Renesmee yang digambarkan cepat besar. Ternyata, dari novel yang terbagi menjadi 3 bagian ini (masing-masing diceritakan dari sudut pandang 3 tokohnya) dibuat dua film. Breaking Dawn part 2 baru akan dirilis 2012.
Yang lumayan menghibur buatku adalah soundtrack filmnya. Juga lanskap hutan dan pulau Esme yang eksotik.
Jika kupikir-pikir lagi, kecewaku itu karena aku menonton film ini secara buta, tanpa membaca review sebelumnya. Hanya berbekal membaca novel yang banyak kulewati halamannya lebih dari satu setengah tahun lalu. So, jika Anda sudah siap dengan banyaknya adegan buka-bukaan dan mesra-mesraan plus tak mengharapkan konflik yang tajam yang melibatkan keluarga besar Volturi, bolehlah nonton film ini. Hanya, please, hindari mengajak mereka yang belum menikah. Apalagi yang belum baligh. Forbidden poll!
Tanah Baru, 19/11/’11

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun