Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Covid-19 Membuat Sebagian Kita Salah Mendeteksi Musuh

Diperbarui: 15 April 2020   19:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang warga mengenakan masker saat deklarasi Bersama Lawan Corona (COVID-19) di Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Rabu (18/3/2020). (Foto: ANTARA/EKO LUKMANSYAH)

Covid-19 telah mewabah sejak beberapa bulan lalu. Menyerang manusia hingga banyak yang meninggal dunia. Kemudian, sebagian dari kita menjadi tak bisa mendeteksi siapa sebenarnya musuh utama di wabah ini.

Sudah jelas bahwa musuh utama kita di masa kini adalah Covid-19. Untuk melawannya, banyak cara yang dilakukan. Ada negara yang memberlakukan lockdown, ada yang tidak. Kita melawan dengan jaga jarak dengan sesama, kita mencuci tangan, berdiam diri di rumah, dan masih banyak lagi.

Sekali lagi kita tahu bahwa musuh utama kita adalah COVID-19. Namun, perlawanan pada COVID-19 dan efek COVID-19 ternyata membuat sebagian kita salah mendeteksi musuh.

Saat Covid-19 menjadi ancaman, orang di negara lain ada yang malah melakukan diskriminasi. Yang menjadi musuh adalah mereka yang memiliki ciri fisik berbeda, bukan malah Covid-19. Mengutip tulisan Pak Tjiptadinata di Kompasiana, banyak komunitas keturunan Asia di Australia melaporkan serangan rasis terkait Covid-19.

Hal sebaliknya pun terjadi di Cina. Seperti dikutip dari abc.net.au, sejumlah warga asing di China mengaku mendapat perlakuan diskriminasi dan rasisme, setelah ditemukan banyak kasus virus corona di China berasal dari mereka yang datang dari luar negeri.

Di India beberapa pekan lalu ramai soal aksi pemukulan aparat pada warga sipil. Warga sipil dipukul dengan tongkat. Alasannya, warga sipil masih saja keluar rumah sekalipun negara dalam status lockdown. Bahkan, karena pemukulan itu, salah satu warga di India meninggal dunia.

Bayangkan saja, lockdown adalah usaha untuk melawan musuh nyata bernama Covid-19. Namun, di tengah lockdown, aparat India malah menilai musuh baru bagi warga yang tak patuh. Tentu saja di sisi lain, warga di India bisa saja menilai aparat sebagai musuh.

Spanduk bertuliskan 'Selamat datang kembali Pak Wahib di lingkungan RT 47. Mari bersama melawan Covid-19' dipajang di pintu masuk Perumahan Sepinggan Pratama, Balikpapan saat menerima pasien sembuh positif corona, Kamis (9/4/2020). | Foto: istimewa dipublikasikan KOMPAS.com

Di Indonesia juga sama, bahkan lebih parah menurut saya. Lebih parah dalam kasus penolakan jenazah untuk dimakamkan karena meninggal sebab Covid-19. Bayangkan saja, jenazah yang sudah tak punya daya apa-apa dijadikan musuh.

Kalau jenazah dijadikan musuh, lalu bagaimana jenazah itu akan melawan? Tentu secara nalar bukan sebuah pertarungan lagi, tapi benar-benar ketidakmampuan mendefinisikan musuh sebenarnya.

Ketika sebagian kita tak sadar bahwa mereka tak bisa mendeteksi musuh, maka harus ada langkah yang dilakukan. Semua pihak harus saling bahu-membahu menjelaskan siapa musuh kita saat ini.

Tentu saja, sekalipun semua wajib saling memberi tahu, tapi menurut saya garda terdepannya adalah pemerintah. Pemerintah jadi pihak terdepan untuk menyosialisasikan secara massif siapa musuh kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline