Semenjak dibukanya Jalur Lintas Selatan (JLS), semakin banyak pantai di Malang Selatan yang tersibak akan keindahannya.
Saking banyaknya, saya sampai bingung untuk menjelajah pantai yang mana dulu. Ada yang dominan memiliki tebing yang curam, ada yang berarus tenang, hingga ada yang memiliki eskotisme pasir pantai yang menawan.
Sebenarnya, saya ingin sekali mengunjungi Pantai Tiga Warna. Sebuah pantai dengan paduan tiga warna pada batas garis pantainya -- merah jambu, putih, dan biru -- ini cukup menarik minta saya berkunjung. Seorang rekan dengan asyiknya mengunggah gambar di Instagram yang membuat saya meleleh. Ini kok bagus sekali pantainya?
Sayangnya, saya harus melakukan reservasi terlebih dahulu untuk masuk ke pantai ini. Mengingat pantai ini masih merupakan kawasan konservasi, maka jumlah pengunjung yang ada benar-benar dibatasi. Alhasil, saat saya akan ke sana, saya hanya bisa gigit jari. Untunglah, rekan saya yang menemani perjalanan memiliki alternatif lain yakni Pantai Gatra dan Pantai Clungup.
Jalan menuju Pantai CMC. - Dokpri
Dua pantai ini memiliki pintu masuk yang sama dengan Pantai Tiga Warna yang disebut dengan Pos CMC. Meski jalan yang kami lalui dari JLS menuju pantai ini cukup makadam, tetapi sesampainya di tempat parkir, saya sangat kagum dengan fasilitas yang telah terbangun.Di sini, aneka jenis bibit mangrove mulai ditanam dengan cantik. Bibit-bibit ini sengaja ditaman untuk menjaga abrasi pantai seperti yang termaktub dalam pembelajaran tematik Kelas 4. Selain menanam bibit mangrove, hal lain yang bisa dijaga agar abrasi tak sampai terjadi dan ekosistem laut tetap terjaga adalah mengurangi sampah. Terutama, sampah plastik yang sering menjadi biang keladi matinya berbagai spesies laut.
Daftar sampah plastik yang wajib dibawa pulang kembali. - Dokpri
Makanya, sebelum masuk ke pantai dan sesaat setelah membeli tiket seharga 10.000 rupiah per orang, pengunjung harus melakukan check list sampah terlebih dahulu. Pengunjung harus berinisiatif memberikan informasi sampah plastik apa saja yang dibawanya ke sini.Kami sendiri saat itu sebenarnya hanya membawa dua botol air mineral bear 1.500 mL, dua buah tas kresek, satu bungkus makanan ringan, enam buah masker, dan satu bungkus tisu basah. Eh banyak juga ya ternyata. Padahal itu hanya dua orang saja.
Setelah mendata barang berbasis plastik, kami pun diberi penjelasan singkat oleh petugas bahwa nantinya barang-barang tersebut akan dicek kembali. Jika ada satu saja diantara barang-barang tersebut alpa kami tinggalkan, maka denda 100 ribu rupiah harus kami bayar.
Wah, ngeri juga. Uang sebanyak itu cukup lho untuk makan tiga hari. Makanya, daripada terjadi apa-apa, saya dan rekan saya hanya akan mengeluarkan botol air mineral saja untuk kebutuhan minum kami. Barang berbahan plastik lainnya langsung kami simpan baik-baik. Saya takut mereka terbawa angin atau hanyut terhempas ombak sehingga uang 100 ribu rupiah pun melayang sia-sia.
Bibit Mangrove yang baru saja ditanam. - Dokpri
Berfoto dahulu jangan lupa. - Dokpri
Kami berjalan menuju arah pantai. Di sebuah persimpangan, kami sempat ragu akan memilih pantai mana. Akhirnya, kami memutuskan untuk menuju Pantai Clungup dahulu. Tak perlu waktu lama untuk mencapai pantai ini. Teriknya mentari yang menghujam sepanjang perjalanan akhirnya terbayar impas.