Lihat ke Halaman Asli

Ikhsan Madjido

TERVERIFIKASI

Menulis, traveling, fotografi

"Conclave" Menuju Oscar, Paus Fransiskus Berjuang

Diperbarui: 2 Maret 2025   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ralph Fiennes berperan sebagai Kardinal Thomas Larence dalam film Conclave (courtesy of focus features)

Kehidupan sering kali meniru seni, dan dalam momen yang terasa hampir metaforis ini, dunia menyaksikan realitas yang tampak seperti kisah dalam film. Di tengah ketegangan menjelang Academy Awards, film "Conclave" mengalami lonjakan popularitas yang tidak terduga.

Yang lebih mencengangkan adalah bagaimana momen ini bertepatan dengan kondisi kesehatan Paus Fransiskus yang memburuk akibat pneumonia. Fenomena ini seakan menjadi cerminan tak terduga antara seni dan kenyataan, menambah bobot emosional serta relevansi film tersebut dalam konteks dunia nyata.

Di dalam Vatikan, berbicara tentang konklaf ketika seorang Paus masih hidup dan tengah berjuang melawan penyakit adalah sebuah tabu. Tradisi ini mencerminkan penghormatan mendalam terhadap pemimpin Gereja Katolik, yang masih menjalankan tugasnya meskipun dalam keadaan sakit.

Namun, popularitas film "Conclave" justru menempatkan pembahasan mengenai pemilihan Paus baru dalam sorotan global, menciptakan dilema yang kompleks bagi hierarki Gereja. Di satu sisi, mereka mendoakan kesembuhan Paus Fransiskus, tetapi di sisi lain, mereka tak dapat mengabaikan bagaimana film ini mengangkat wacana seputar masa depan kepemimpinan Gereja Katolik.

"Conclave" adalah adaptasi dari novel karya Robert Harris dan disutradarai oleh Edward Berger. Film ini mengisahkan Kardinal Thomas Lawrence, yang diperankan oleh Ralph Fiennes, dalam perannya memimpin pemilihan Paus baru setelah kematian mendadak pemimpin Gereja sebelumnya. Dengan alur cerita yang dipenuhi intrik, perdebatan politik, dan perbedaan pandangan mengenai arah Gereja di masa depan, film ini bukan sekadar kisah tentang iman, tetapi juga tentang dinamika kekuasaan di dalam Vatikan.

Keterkaitan antara situasi nyata yang tengah dihadapi Paus Fransiskus dengan plot "Conclave" menambah kesan bahwa film ini hadir dalam momentum yang begitu tepat, hampir seperti ramalan yang menjadi kenyataan.

Ralph Fiennes, yang memerankan Kardinal Thomas Lawrence memberikan monolog penutup yang mungkin akan terngiang di benak para pemilih Oscar: "Kita tidak pernah bisa mengontrol takdir, tetapi kita bisa memilih untuk meresponsnya dengan keberanian."

Kalimat itu, secara tidak langsung, menyentuh inti dari pergulatan Paus Fransiskus saat ini. Di usia 88 tahun, ia bukan hanya melawan penyakit, tetapi juga simbol ketahanan manusia di tengah keterbatasan.

Sejak dirilis di Festival Film Telluride pada Agustus tahun lalu, "Conclave" telah mendapat pujian luas. Namun, baru belakangan ini, film tersebut mengalami lonjakan signifikan dalam perbincangan Oscar.

Dengan delapan nominasi, "Conclave" menjadi salah satu pesaing terkuat di ajang Academy Awards tahun ini. Pada awalnya, film "Anora" sempat menjadi favorit utama, terutama setelah memenangkan Palme d'Or dan tiga penghargaan di Independent Spirit Awards. Namun, kemenangan "Conclave" dalam kategori Best Cast di Screen Actors Guild Awards serta keberhasilannya di BAFTAs semakin memperkuat posisinya sebagai kandidat utama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline