MENYUSUN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN MENDALAM;
DARI ORIENTASI BERBASIS KONTEN MENJADI BERBASIS AKTIVITAS MURID
Oleh Idris Apandi, Penulis Bulu Memahami Deep Learning Tanpa Pening
Pendahuluan
Pendidikan pada hakikatnya bukan sekadar proses transfer pengetahuan, melainkan sebuah upaya membangun manusia yang berkarakter, mandiri, kreatif, dan mampu menghadapi tantangan zaman. Di era informasi yang serba cepat seperti saat ini, murid tidak lagi cukup hanya menguasai isi atau konten pelajaran. Mereka dituntut untuk memiliki keterampilan berpikir kritis, kolaboratif, komunikatif, dan mampu memecahkan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Inilah yang kemudian dikenal dengan istilah pembelajaran mendalam (deep learning). Dalam pembelajaran mendalam, guru tidak hanya mengajar agar murid tahu, tetapi juga agar murid mengalami, memahami, mengaplikasikan, dan merefleksikan apa yang dipelajari. Dengan demikian, keberhasilan pembelajaran tidak lagi hanya diukur dari seberapa banyak materi yang dihafalkan, melainkan sejauh mana pengetahuan itu membentuk pemahaman bermakna dan keterampilan nyata dalam diri murid.
Salah satu kunci keberhasilan pembelajaran mendalam adalah penyusunan bahan ajar. Guru tidak cukup hanya menyiapkan bahan ajar berbasis konten (content based), melainkan perlu bergerak ke arah bahan ajar berbasis aktivitas murid (activity based). Pergeseran ini penting agar pembelajaran lebih berpusat pada murid, memberi ruang partisipasi aktif, dan memungkinkan lahirnya pengalaman belajar yang berkesan.
Konsep Dasar Pembelajaran Mendalam
Pembelajaran mendalam adalah sebuah pendekatan yang menekankan pada pemahaman, penerapan, dan refleksi. Murid tidak sekadar menerima informasi, tetapi diajak menalar, mencoba, dan mengaitkan materi dengan konteks kehidupan nyata.
Ada beberapa prinsip utama yang melekat dalam pembelajaran mendalam:
- Berpusat pada murid -- Murid menjadi subjek aktif yang membangun pengetahuan, bukan objek pasif yang menerima pengetahuan.
- Kontekstual -- Materi dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari murid sehingga lebih bermakna.
- Berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi -- Murid dilatih untuk menganalisis, mengevaluasi, mencipta, bukan hanya mengingat.
- Kolaboratif dan reflektif -- Murid bekerja sama, berdiskusi, dan merefleksikan proses belajarnya.
- Mengintegrasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan -- Tidak hanya aspek kognitif yang diperhatikan, tetapi juga afektif dan psikomotor.