Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penikmat bacaan dan tulisan

Menumbuhkan Karakter Pelajar Pancasilais Melalui Proyek Sosial

Diperbarui: 4 Juni 2021   17:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

MENUMBUHKAN KARAKTER PELAJAR PANCASILAIS MELALUI PROYEK SOSIAL

Oleh: IDRIS APANDI
(Penulis Buku Kajian Pancasila Kontemporer)

Sudah dipahami bahwa Pancasila adalah falsafah hidup, ideologi, dan dasar negara Indonesia. Semua anak bangsa utamanya generasi mudah diharapkan bisa mengetahui, memahami, dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Kecenderungan semakin lunturnya pemahaman dan pengalaman terhadap Pancasila di kalangan generasi muda menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pemerintah. Oleh karena itu, saat ini Kemdikbudristek meluncurkan program profil Pelajar Pancasila mulai dari jenjang PAUD, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/SMK/sederajat.

Ada 6 (enam) profil Pelajar Pancasila(is), yaitu: (1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, (2) berkebinekaan global, (3) bergotong royong, (4) kreatif, (5) bernalar kritis, dan (6) mandiri. Penumbuhan karakter Pelajar Pancasila diintegrasikan melalui berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan pembiasaan, kegiatan pembelajaran (intrakurikuler-kokurikuler), kegiatan ekstrakurikuler, atau kegiatan kemitraan dengan masyarakat/instansi lain.

Sehubungan masih pandemi Covid-19, saat ini pembelajaran masih dilakukan secara jarak jauh atau Belajar dari Rumah (BDR). Dalam konteks pembelajaran dan mengintegrasikan karakter profil Pelajar Pancasila, menurut saya, hal yang paling memungkinkan saat ini adalah melalui pembelajaran berbasis proyek sosial. Maksudnya peserta didik diberikan tugas dalam bentuk aktivitas atau kegiatan yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila, mulai dari lingkungan keluarganya hingga lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

Implementasi profil Pelajar Pancasilais di rumah misalnya kegiatan beribadah, membantu orang tua membersihkan rumah, menyiram tanaman, mengasuh adik, menjaga ketertiban dan kebersihan di rumah. Berikutnya ditugaskan untuk melakukan sebuah proyek mandiri untuk meningkatkan rasa ke-Pancasila-annya di luar rumah. Misalnya dengan merancang kegiatan sosial seperti membersihkan sampah atau coretan di gang rumah, membersihkan tempat ibadah, membantu tetangga yang hidupnya kekurangan, menengok teman yang sakit.

Peserta didik diminta untuk membuat refleksi singkat terkait dengan kebaikan/kegiatan yang telah dilakukannya pada buku jurnal atau dalam bentuk video. Pada refleksi tersebut peserta didik menyampaikan kegiatan apa yang telah dilakukannya, kapan, dimana, mengapa dia melakukan hal tersebut, manfaat apa yang dirasakan bagi dirinya dan orang lain, dan menjelaskan alasan mengapa dia senang berbuat baik serta menjelaskan mengapa dia akan terus melakukan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukannya tersebut.

Proyek Profil Pelajar Pancasila ini diintegrasikan dengan berbagai mata pelajaran sehingga tidak menjadi beban bagi peserta didik biarkan mengalir sebagai bagian dari aktivitas kehidupannya sehari-hari. 

Dengan demikian, para peserta didik dapat merasakan nikmatnya menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain, merasakan bangganya menjadi pemuda penggerakan perubahan di lingkungan tempat tinggalnya, merasakan manfaatnya berkolaborasi dengan teman-temannya untuk memperbaiki atau menata lingkungan di sekitar tempat tinggalnya dan sebagainya. Inilah sebenarnya substansi dari Pelajar Pancasilais.

Guru tidak perlu memberikan banyak teori tentang Pancasila yang bisa membuat peserta didik jadi bosan. Bawalah peserta didik ke dunia nyata. Minta mereka mengamati, menelaah, menganalisis kondisi riil di masyarakat. Bandingkan dengan kondisi seharusnya yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Apa masalah yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila mulai dari lingkungan rumahnya sendiri dan lingkungan tetangganya, identifikasi apa penyebabnya, dan apa peran yang bisa dilakukannya.

Dengan seringnya peserta didik bersentuhan dengan urusan-urusan kemanusiaan baik di lingkungan keluarga maupun dengan lingkungan tempat tinggalnya, maka kepekaan sosialnya akan semakin terasah, sikap toleransi semakin terbangun, sikap gotong royong dilestarikan, dan sikap adil dapat diterapkan. Jangan sampai Pancasila hanya menjadi verbalisme alias teoretis semata. Kehidupan anak-anak atau peserta didik harus sedini mungkin dengan nilai-nilai substantif Pancasila.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline