Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penikmat bacaan dan tulisan

Membawa Spirit Puasa ke Dalam Kurikulum 2013

Diperbarui: 28 Mei 2017   11:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

MEMBAWA SPIRIT PUASA KE DALAM KURIKULUM 2013

Oleh:

IDRIS APANDI

Alhamdulillah, tahun ini kita masih diberikan kesempatan untuk menunaikan kembali ibadah puasa. Bagi sebagian kalangan pendidik, puasa tahun ini bertepatan dengan pelaksanaan diklat Kurikulum 2013 (K-13), karena ditargetkan diklat K-13 selesai sebelum dimulainya tahun pelajaran 2017/2018.

Jika ditelaah, ada kesamaan atau keterkaitan antara tujuan puasa dengan subtansi dari K-13. Tujuan puasa adalah untuk membentuk insan yang bertakwa melalui proses perjuangan menahan lapar, dahaga, berhubungan suami istri di siang hari, menahan hawa nafsu, menahan dari berbicara kotor, ghibah, fitnah, namimah (mengadu domba), dan sebagainya. Intinya, puasa adalah sebuah proses latihan, pendidikan (tarbiyah) untuk meningkatkan kualitas diri sendiri.

Substansi dari K-13 adalah untuk membentuk para peserta didik menjadi manusia Indonesia yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat, fondasi sikap yang kokoh, cerdas, dan terampil. Ada dua hal yang diharapkan diintegrasikan ke dalam K-13, yaitu literasi dan Penguatan Pendidikan Karakter. Literasi pada intinya adalah melek baca, tulis, teknologi, komunikasi, dan informasi dalam berbagai bidang, yang fondasi awalnya adalah dari aktivitas membaca. Sedangkan pada PPK, ada 5 (lima) nilai yang diintegrasikan, yaitu (1) religius, (2) nasionalis, (3) integritas, (4) mandiri, dan (5) gotong royong.

Berdasarkan kepada hal tersebut, ada pertautan antara tujuan puasa dengan substansi dari K-13. Oleh karena itu, alangkah sangat baik jika spirit puasa dipadukan ke dalam implementasi K-13. Literasi dan nilai-nilai PPK sangat relevan dengan puasa. Pada bulan Ramadan selain diwajibkan berpuasa, juga sangat dianjurkan untuk membaca (tadarrus) Alquran. Di situ ada proses Iqra atau membaca yang notabene juga merupakan pesan dari gerakan literasi yang saat ini diprogramkan oleh pemerintah. Selain tadarus Alquran, juga disarakan membaca sumber bacaan lain dalam rangka meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan tentunya wawasan, utamanya dalam hal keagamaan.

Melalui aktivitas membaca, seorang manusia diantarkan sekaligus dimasukkan ke dalam dunia ilmu pengetahuan. Wawasannya semakin bertambah, semakin cerdas, dan semakin bijaksana. Jauh-jauh hari, melalui wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., Islam telah mengajarkan pentingnya membaca untuk membentuk manusia menjadi insan yang literat, dan bulan ramadan ini adalah kesempatan emas untuk mewujudkannya.

Kaitan antara puasa dengan nilai religius, puasa bertujuan untuk mewujudkan insan yang bertakwa. Ketakwaan merupakan indikator tingkat religiusitas seorang manusia yang diimplementasikan dalam sikap, perkataan, dan perbuatannya. Allah Swt. telah berfirman bahwa manusia yang paling mulia dihadapan-Nya adalah manusia yang paling bertakwa.

Kaitan antara puasa dengan nasionalis, melalui puasa, setiap muslim diajarkan untuk mencintai sesama, yang notabene satu bangsa dan satu tanah air. Mencintai sesama adalah salah satu wujud dari mencintai tanah air. Kesejahteraan dan kemakmuran bukan hanya dirasakan oleh segelintir orang, tetapi oleh seluruh anak bangsa.

Kaitan antara puasa dan integritas, puasa mengajarkan kejujuran. Kejujuran dan integritas ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Puasa adalah ibadah yang langsung dinilai oleh Allah Swt. Orang bisa saja berbohong kepada orang lain bahwa dia berpuasa, tetapi dia tidak dapat berbohong dihadapan-Nya, Dzat yang Maha Tahu dan Maha Melihat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline