Lihat ke Halaman Asli

Dages, Limbah Ampas Kelapa yang Diolah Menjadi Camilan Berkelas

Diperbarui: 1 Maret 2023   05:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stik Dages (Dagul) yang sudah dikemas (dokpri, terkenal)

Dampak pandemi Covid-19 sangat dirasakan masyarakat terutama di bidang ekonomi. Banyak usaha yang gulung tikar karena terdampak pandemi. Kalaupun perusahaan tetap bertahan namun dengan jalan merumahkan sebagian karyawannya.

Begitu juga dengan usaha kecil dan menengah, banyak yang berhenti total karena pendapatan berkurang sedangkan kebutuhan sehari-hari sangat mahal. Sekalipun bertahan para produsen harus bersabar dengan hasil pas-pasan.

Segala cara dilakukan pemerintah untuk memulihkan perekonomian warga. Bantuan-bantuan sosial digelontorkan ratusan triliun. Begitupun pada para pelaku UMKM. Bantuan yang diberikan pemerintah dimanfaatkan warga untuk modal usaha.

Dengan penambahan modal usaha para pegiat UMKM yang mengalami penurunan omzet mulai menggeliat. Para produsen kembali semangat memproduksi barang-barang dagangannya. Dengan mencari peluang pasar lebih luas mereka mampu meningkatkan penjualan sehingga pendapatan bertambah.

Berbeda dengan salah seorang produsen yang menjual makanan ringan dari bahan dasar Dages, yang berupaya untuk memutar permodalan pribadi tanpa bantuan pemerintah.
Meskipun tidak dipungkiri ikut terdampak pandemi dengan menurunnya omzet secara drastis, namun pelan-pelan mampu bertahan dengan permodalan yang ada.

Adalah pak Amin Rozak, yang mencari terobosan baru untuk meningkatkan penjualan produknya berupa makanan ringan: Stik Dages, Keripik Dages, dan Klanting Dages.

Dengan menciptakan kemasan yang lebih menarik, produk yang mestinya dijual standar seperti produsen Stik Dages lainnya, mampu meningkatkan harga menjadi empat kali lipat.

Harga umum perkilo Stik Dages yang biasa dijual 60.000 rupiah dengan tampilan yang menarik bisa menembus pasar dengan harga 240.000 rupiah. Harga tersebut masih di tingkat reseller. Dari reseller ke konsumen menjadi 280.000 hingga 300.000 rupiah. Padahal produsen lain yang menjual non kemasan hanya kisaran 60.000 sampai 70.000 rupiah.


Nama produk makanan ringan itu pun dibuat semenarik mungkin. Dagul, akronim dari Dages Gaul. Kesan camilan gaul itu diminati semua kalangan, terutama kalangan menengah ke atas dan anak-anak muda.

Menariknya, Dagul terbuat dari limbah kopra dan limbah ampas kelapa yang sudah diperas santannya. Meskipun begitu dengan tampilan yang eksklusif Dagul bisa naik kelas dan  menembus pasar lebih luas hingga ke luar Jawa. Bahkan pemesanan pun datang dari luar negeri, orang-orang yang berada di perantauan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline