Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Momok Sakit Sebelum Makan, Mengganggukah?

Diperbarui: 8 Mei 2021   18:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi opor ayam, sumber: istimewa

Si A dan si B berjalan mengitari meja prasmanan. Mereka menghadiri pesta perkawinan sahabat. Si A mengantre di depan penjaga tenda es krim. Si B menunggu di belakangnya.

"Kamu mau es krim, tidak?" tanya si A pada si B. Ia bermaksud memesan sekalian untuknya. Si B menggelengkan kepala. "Tidak perlu! Itu kan bahannya gula, habis itu dikasih susu vanila lagi. Terus masih ada taburan cokelat batangnya. Jadi diabetes saya nanti," katanya. Si A tertawa. Padahal si B masih muda dan badannya begitu sehat.

Setiap kali saya menelepon Mama di kampung -- beliau lansia berumur 74 tahun, pasti ada percakapan seputar sakit penyakit. Beliau akan bercerita tentang asam urat, kolesterol, gula, dan seterusnya, yang rata-rata dialami kaum manula.

Jika beliau merasakan gejala asam urat, seketika langsung teringat apa yang telah beliau makan. "Mungkin gara-gara makan kacang panjang ini, Ras," katanya pada saya. Jika pegal-pegal di tengkuk, beliau menebak, secara tidak sadar ada santan yang termakan, sehingga kolesterol berubah tinggi.

Pada kenyataan, ketakutan menjadi sakit setelah makan tidak hanya dialami orangtua. Sebagian pemuda, paruh baya, sekali dua kali pun memikirkan itu. Seperti ilustrasi di atas.

Apakah saya terkena diabetes setelah mengonsumsi makanan mengandung banyak gula? Apakah kolesterol saya nanti naik seusai menyeruput kuah santan? Apakah jadi asam urat sehabis menyantap jeroan?

Ada saat di mana ketakutan beroleh penyakit seusai makan lebih mendominasi pikiran kita daripada manfaat gizi pada makanan tersebut. Kita lupa bahwa gula setelah diolah menjadi sumber energi, santan bisa memperkuat sistem imun tubuh dan meningkatkan kinerja dan fungsi otak, dan jeroan mengandung protein hewani yang bermanfaat mengganti sel-sel rusak. Belum lagi terhitung kelezatan rasanya jika dimasak oleh koki yang piawai. Ini semua hilang, termakan ketakutan itu.

Selain itu, ketakutan menyantap makanan yang mengandung banyak kalori juga terjadi. Bisa membuat obesitas. Apalagi didukung dengan malas bergerak. Gelambir-gelambir perut bermunculan. Kulit jadi terlihat jatuh karena lemak. Badan susah bergerak sebab berat. Lingkar perut bertambah luas. Penampilan terasa kurang percaya diri. Baju celana harus beli lagi.

Mengapa saya anggit artikel ini sekarang? Sebentar lagi Lebaran tiba. Makanan-makanan enak muncul, seperti opor ayam, rendang daging, ketupat sayur, sambal goreng hati, dan lainnya, yang berpotensi dapat mendatangkan penyakit jika tidak bijak menyantapnya. Belum terhitung camilan kue nastar dan kue lainnya yang juga tidak kalah enak.

Bagi yang telah menderita penyakit dan beroleh pantangan dari nasihat dokter, ketakutan ini layak menjadi perhatian. Jangan pula asal terobos sehingga nyawa lolos. Tetapi, bagi yang masih sehat, tidak perlu takut menyantap segala makanan, asal:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline