Lihat ke Halaman Asli

Hilman Fajrian

TERVERIFIKASI

Jalur Cepat Ekosistem Mobil Listrik

Diperbarui: 30 Desember 2015   11:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Rencana impelementasi electric car charging lane di Inggris. Baterai mobil listrik yang melintas di atasnya secara otomatis diisi secara nirkabel. (sumber: stuff.co.nz)"][/caption]

"Kita tidak akan bisa membangun perusahaan privat untuk berkompetisi melawan monopoli terbesar di planet ini, yaitu minyak bumi."

Shai Agassi melanjutkan, "Tapi kita bisa menghadapinya bersama-sama."

Tahun 2003 CNN-Time Magazine menobatkan Agassi sebagai Top 20 Global Influental. Di usianya yang baru 30-an, pria asal Israel ini sudah menjabat sebagai salah satu Presiden di SAP, perusahaan perangkat lunak kelas dunia. Ia hengkang dari SAP 2007 dan mendirikan Better Place, sebuah perusahaan electric car network atau jaringan mobil listrik dan menjadi CEO. Impian Agassi bukan hanya sekedar menghadirkan teknologi baru dalam dunia mobil listrik. Tapi mimpi tentang sebuah ekosistem mobil listrik.

[caption caption="Stasiun penggantian baterai mobil listrik yang dibangun Better Place di Denmark. (sumber: cleanrider.com)"]

[/caption]

MOBIL LISTRIK SEBAGAI BAGIAN SISTEM INFRASTRUKTUR

Bahwa kendaraan listrik adalah yang paling ramah lingkungan, itu bukan berita baru. Tapi sulitnya menjual kendaraan listrik saat ini hampir sama dengan menjual MP3 di tahun 90-an saat belum ada iPod. Industri otomotif berlomba menciptakan kendaraan listrik, bahkan performanya melampaui kendaraan berpembakaran. Tesla Motor telah menciptakan mobil listrik berkecepatan maksimal 250 km/jam dan daya tahan baterai 402 km. Begitu juga dengan sepeda motor listrik yang tak kurang canggihnya. Inovasi kendaraan listrik juga bermekaran dari dalam negeri, khususnya perguruan tinggi.

Tapi kenapa kendaraan listrik belum populer sampai sekarang? Karena mahal, baik harga kendaraan maupun baterainya.

Kenapa mahal? Karena permintaan pasar sangat terbatas sehingga industri otomotif belum mau memproduksi massal.

Kenapa permintaan pasar sangat terbatas? Karena belum ada infrastruktur yang memadai.

Tak ada yang mau beli kendaraan listrik kalau tak ada tempat mengisiulang baterai. Sama seperti tak ada yang mau beli kendaraan berpembakaran bila tak ada SPBU. Lalu tanggungjawab siapa sebenarnya menghadirkan infrastruktur vital kendaraan listrik ini?

Di Indonesia bicara mobil listrik seperti ayam dan telur: mana yang duluan. Pemerintah mengatakan siap menghadirkan infrastruktur mobil listrik bila industri otomotif sudah siap memasarkan dalam jumlah massal. Lebih bagus lagi bila harganya terjangkau. Tapi perusahaan otomotif juga tidak mau memproduksi massal kalau belum ada infrastrukturnya. Berputar-putar di situ terus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline