Lihat ke Halaman Asli

Tatang Hidayat

Pegiat Student Rihlah Indonesia

Catatan Mudik ke Tanah Para Syuhada dan Medan Jihad Para Ulama

Diperbarui: 26 Juni 2018   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Menyambut Hari Raya 'Idul Fitri 1439 H

Ada suasana yang berbeda dalam menyambut Hari Raya 'Idul Fitri 1439 H, suasana yang belum pernah dirasakan selama hidup saya, yakni harus merasakan berhari raya tidak dengan orang tua dan keluarga sebagaimana biasanya saya rasakan dari tahun ke tahun.

Pada tahun ini saya penuhi panggilan guru dan almamater, karena bagi seorang santri tidak ada alasan lain untuk segera memenuhi dan melaksanakan seruan ketika guru dan almamater memanggilnya. Saya penuhi panggilan dan laksanakan perintah tersebut semata-mata mengharap ridho guru dan kesempurnaan dalam beralmamater.

Saat saya menjadi santri di Pondok Pesantren Mahasiswa Miftahul Khoir Bandung, kemudian diberikan amanah di salah satu jabatan pengurus, timbul ucapan dan perintah dari salah seorang guru kami kepada saya supaya membantu persiapan Shalat 'Idul Fitri di pondok, terutama bagi para pengurus khususnya rois ataupun wakil rois mesti merasakan minimal 1 kali berhari raya di pondok.

Namun pada saat itu, seruan dan perintah tersebut belum saya tunaikan dikarenakan saya mesti mudik karena menemani ibu saya, tentunya sikap saya tersebut dalam konteks kesantrian merupakan sesuatu yang kurang baik, namun pada saat itu saya memposisikan diri sebagai seorang santri mahasiswa yang tentunya berbeda pendapat dengan guru merupakan sesuatu hal yang tidak bisa dihindari.

Tetapi pada saat itu saya sudah berniat, bahwa suatu saat nanti saya berjanji akan melaksanakan  perintah tersebut, disamping mengikuti tradisi kepada dewan santri dan rois sebelumnya yang pernah melaksanakan shalat 'Idul Fitri di pondok.

Seiring berjalannya waktu, masa penantian tersebut saya tunaikan, tepatnya saat pelaksanaan shalat 'Idul Fitri 1439 H akhirnya saya berbicara kepada salah seorang dewan asatidz, yakni salah satu cucu pendiri pondok supaya saya bisa menunaikan janji ini. Akhirnya beliau pun mempersilahkan, karena memang pada lebaran kali ini, santri putra yang tersisa dan berlebaran di pondok hanya 2 orang.

Di sisi lain, pada waktu bersamaan adik saya yang belajar di Pondok Pesantren Al-Basyariah Pondok Alumnu Gontor Cigondewah Bandung kebagian tugas juga berlebaran di pondok. Sehingga keluarga kami memutuskan untuk mudik setelah melaksanakan shalat 'Idul Fitri di Bandung.

Sebelum matahari terbenam di hari terakhir Ramadhan, saya mendapat kesempatan bersama tim rukyatul hilal yang dipimpin oleh Ustadz Asep Soedrajat untuk melakukan rukyatul hilal di daerah pegunungan Cimenyan Kabupaten Bandung, rukyat tersebut sebagai bentuk melaksanakan perintah dan ittiba kepada Baginda Rasulullah SAW.

Saat pelaksanaan rukyat tersebut, saya melakukan diskusi dengan beberapa dewan asatidz, ternyata tim rukyatul hilal yang digagas oleh Ustadz Asep Sudrajat, selama beliau melakukan rukyat 12 tahun, ternyata beliau belum pernah melihat hilal. Hal yang sama terjadi kembali pada hari itu, matahari yang awalnya kelihatan jelas karena cuaca cerah, namun saat terbenam ternyata harus tertutup oleh awan, sehingga hilal pun kembali tidak terlihat.

Namun, beberapa daerah di Indonesia berdasarkan beberapa informasi yang masuk dari tim rukyat lainnya ternyata sudah ada yang melihat hilal, sehingga karena kami mengadopsi rukyatul hilal secara global, yakni di belahan bumi mana saja jika sudah ada seorang muslim yang melihat hilal dan berani bersumpah kemudian diadakan musyawarah oleh 'Ulama yang mumpuni dibidangnya, maka dapat dipastikan bahwa besok sudah masuk bulan baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline