Lihat ke Halaman Asli

Puasa dan Penguatan Kebangsaan Kita

Diperbarui: 15 April 2021   19:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

halodoc

Sebelum tahun 2010,  suasana puasa agak berbeda dengan puasa sekarang. Pada masa itu, salah satu ormas keagamaan terbesar di Indonesia kerap melakukan sweeping dan tindakan semena-mena kepada para pihak yang dinilai tidak menghargai puasa. 

Mereka merusak restoran, tempat makan dan karaoke serta membubarkan orang yang sedang makan meski di resto yang telah ditutup dengan gorden. Mereka yang tidak berpuasa dan membuka warung makan dinilai tidak menghargai bulan puasa.

Masa itu mungkin adalah masa yang sangat sulit bagi kaum minoritas padahal banyak orang juga yang seiman yang tidak bisa berpuasa karena haid, hamil dan sebagainya, termasuk karena ia beragama lain. 

Mereka harus sembunyi-sembunyi untuk bisa makan selagi bulan puasa. Mereka melakukan itu bukan karena tidak menghargai bulan puasa namun terkadang keadaannya sangat sulit.

Tapi syukurlah, kini, meski tidak sepenuhnya orang sadar soal perbedaan,  hal itu mulai tumbuh. Ormas yang suka melalukan sweeping itu kini sudah dibubarkan karena berbagai sebab. 

Kaum mayoritas juga sadar bahwa ada kaum lain yang tidak berpuasa atau rekan seiman mereka yang tidak bisa melaksanakan ibadah puasa. Mereka saling menghargai atas keadaaan masing-masing pada masa puasa seperti ini.

Apa yang bisa kita petik dari perubahan ini ?

Mungkin kita mulai sadar bahwa bangsa kita tidak bisa dilihat dari satu warna saja, atau satu golongan atau satu bahasa saja. Bangsa kita yang merupakan Nusantara ini punya berbagai perbedaan yang harus kita sadari bersama. 

Indonesia tidak diisi oleh orang dari suku Jawa saja, atau dari orang yang bisa berbahasa Melayu saja, atau orang yang beragama Islam saja. Namun ratusan suku mendiami Sabang sampai Merauke, banyak agama yang kita anut begitu juga bahasa. 

Dengan keadaan sebagai melting point itu maka semua pihak yang berbeda harus saling menghargai atau menghormati.

Orang menghargai jangan karena terpaksa harus menghargai. Orang yang selayaknya dihargai juga tidak bisa memaksa orang untuk sama dengan keadaan mereka. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline