Lihat ke Halaman Asli

Pahlawan Milenial Itu Mendorong Masyarakat Melek Media dan Cinta Damai

Diperbarui: 7 November 2018   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Milenial - http://www.nu.or.id

Bibit intoleransi, radikalisme dan terorisme masih menjadi ancaman yang mengkhawatirkan bagi Indonesia. Masih saja ada pihak-pihak yang sengaja menebarkan paham kekerasan itu melalui kemajuan teknologi internet. 

Mereka juga memanfaatkan media sosial yang saat ini banyak digemari generasi muda, untuk menebarkan propaganda radikalisme. 

Masihnya penyebaran ujaran kebencian dan berita bohong, menjadi ancaman yang mengerikan jika terus dibiarkan. Keberadaan hoax dan ujaran kebencian harus menjadi musuh bersama.

Generasi muda mempunyai pengalaman terkait musuh bersama ini. Di era perjuangan, penjajah menjadi musuh bersama untuk diusir dari NKRI. Banyak contoh yang bisa memberikan kita inspirasi. 

Bahkan para santri yang semestinya aktif di pesantren, juga memutuskan turun ke jalan berperang melawan Inggris, dalam sebuah pertempuran 10 November di Surabaya. Perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan itu kemudian diperingati sebagai hari pahlawan, yang sebentar lagi akan kita peringati bersama.

Apa yang bisa kita petik dari hari pahlawan ini? Untuk menjadi pahlawan di era milenial ini tentu tidak perlu dengan cara memanggul senjata. 

Karena sekarang kita hidup di era milenial, sebuah era dimana kemajuan teknologi dan informasi menjadi raja. Perjuangan generasi milenial tentu berbeda dengan generasi di era kemerdekaan. Isilah kemerdekaan dengan hal-hal yang positif. 

Jangan menebar pesan kebencian dan berita bohong di dunia maya. Karena hoax dan ujaran kebencian, berpotensi membuat kerukunan yang telah lama tercipta ini akan terganggu. Hoax dan hate juga bisa berpotensi melahirkan konflik baru, dan mendekatkan diri pada aksi radikalisme dan terorisme.

Di tahun politik ini, ujaran kebencian dan hoax begitu masif terjadi di dunia maya. Di awal kampanye beberapa waktu lalu, praktek semacam ini muncul di dunia nyata. Akibatnya, Ratna Sarumpaet ditahan oleh pihak kepolisian, karena telah melakukan kebohongan dan sengaja menyebarkannya ke publik. 

Ratna yang mengalami bengkak di bagian wajah karena operasi plastik, mengatakan ke semua orang bahwa dirinya merupakan korban pengeroyoka sejumlah orang di Bandung, Jawa Barat. Setelah dilakukan pengecekan, ternyata peristiwa itu tidak pernah ada dan Ratna akhirnya ditahan.

Belakangan, juga muncul berita terkait penculikan anak secara masif dimana-mana. Belakangan juga terungkap, bahwa berita tersebut merupakan hoax yang sengaja dimunculkan oleh pihak tertentu, untuk membuat kegaduhan. Polisi pun berhasil menangkap orang yang sengaja menyebarkan informasi bohong itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline