Lihat ke Halaman Asli

Marhento Wintolo

Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh

Kita Pencipta Masa Depan

Diperbarui: 25 Januari 2021   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masa Depan

Masa depan sebagaimana yang diharapakan oleh banyak orang agar hidup bahagia. Tetapi kadang kita tidak memahami proses, yang diharakan hasil instan seperti iklan mie dan kopi; instant. Namun benarkah iklan tersebut?

Kita katakan instant, tetapi sebenarnya juga tidak benar-benar instant, tetap juga kita harus menyeduh atau memasak walaupun lebih sederhana. Demikian juga dengan masa depan, bila saat menjaqlani prosesnya tidak bahagaia, tetap juga harapannya tidak tercapai.

Masa kini

Ya, masa kini mesti bahagia bila harapkan masa depan bahagia. Bukankah saat ini pun kita sedang menjalani hasil dari masa lalu kita yang saat ini juga harapkan masa depan lebi baik? Kita lupa bahwa saat ini merupakan hasil atau akibat dari masa lalu dan pada saat sama, kita juga sedan menabung atau membuat proses untuk dapatkan deposito akan datang?

Sehingga yang kita sebut sebagai masa kini adalah menikmati hasil dari masa lalu sekaligus proses menabung untuk masa akan datang. Ya, saat ini kita sedan bernapas adalah benar-benar saat INI. Karena seseorang mengatakan masa kini terhadap diri kita, saat kita menerima kata tersebut sesungguhnya tidak lagi masa kini. Karena pastilah ada jeda,  walaupun sepersekian detik.

Dengan demikian, saat inilah masa depan harapan kita, bahagia atau tidak.

Masa lalu adalah hanya ada dalam pikiran kita, realitanya? Sama sekali tidak ada. Mungkin ada yang berkata, saat saya beli mobil ini baik dan bagus kemarin. Bukan kah ini juga persepsi pikiran kita sendiri. Bagus atau tidak juga relatif. Mungkin ketika saya mengatakan barang ini jelek karena kusam, tetapi ada orang lain mengatakan masih baik dan bagus. Karena memori setiap orang tidak sama sehingga tolak ukurnya juga beda.

Bebaskan diri

Tidak seorang pun yang bisa membebaskan diri kecuali dirinya sendiri.

Kutipan di atas memebuat saya sadar yang membuat seseorang bahagia adalah SENI ILAHI. Dengan melakoni Kehidupan dalam irama SENI ILAHI, kita bisa jadi bahagia. Yes,  bahagia merupakan hasil karya seni-Nya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline