Lihat ke Halaman Asli

Hennie Engglina

TERVERIFIKASI

Pelajar Hidup

Ketika Seorang Ustaz Bicara tentang Salib

Diperbarui: 25 Oktober 2019   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar:crosslandschurch

"Salib" di bibir Pendeta, berdasar. Akan tetapi, bagaimana bila hal salib itu disampaikan oleh seorang Ustaz?

1. Persoalan Perspektif

Ketika "salib" dijelaskan dari sudut pandang Alquran, maka jadilah penjelasan tentang salib versi Ustaz Abdul Somad (UAS) yang berbeda bahkan bertolak belakang dari apa yang Alkitab katakan tentang salib.

Video pernyataan UAS tentang salib menjadi viral hingga akhirnya UAS dilaporkan ke Bareskrim Polri oleh Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PP GMKI) dan oleh Komunitas Horas Bangso Batak (HBB) pada hari Senin, 19 Agustus 2019, dengan dugaan pelanggaran Pasal 156 dan 156a KUHP, yakni hal penodaan agama.

pasal156kuhp|dokpri

pasal156akuhp|dokpri

Pada video yang viral itu terlihat UAS membaca sebuah pertanyaan: "Apa sebabnya, Ustaz, kalau saya menengok salib menggigil hati saya?", dan langsung dijawab oleh UAS: "Setan!", dan seterusnya. UAS juga membuat peragaan tentang salib dan sukses. Sukses membuat audiensnya tertawa.

Saya tidak mengulas rinci kalimat demi kalimat UAS pada video itu, tetapi cukup dengan kalimat ini: "di salib itu ada jin kafir"

Jelas, itu bukan kata Alkitab. Itu kata UAS tentu menurut Kitab Suci Alquran sebagaimana pernyataan itu disampaikan pada saat ia memberikan pencerahan kepada umat Islam dalam suatu pengajian.

Itu sudut pandang berdasarkan Kitab Suci lain, bukan berdasarkan Alkitab itu sendiri, dan sudut pandang dari orang yang tidak percaya kepada apa yang tertulis di Alkitab, maka apa yang UAS katakan jelas berbeda dari apa yang Alkitab itu sendiri katakan tentang salib.

Jadi, waktu pertama kali saya menonton video itu yang dibagikan oleh salah satu kawan Pendeta di grup teman-teman seangkatan alumnus STT INTIM Makassar, saya hanya memberi komentar dengan satu kata saja, yakni "Kasihan...". 

Dan, suhu di bilik chat grup kami sejuk saja tuh. Tidak ada marah-marah. Tidak ada hinaan. Tidak ada makian. Ruang bilik percakapan tetap adalah ruang manusia. Tidak tiba-tiba berubah menjadi kebun binatang.

Lalu, mengapa saya merespons dengan kata "kasihan"? Karena, dia menjelaskan sesuatu yang tidak dia mengerti, tidak dia pelajari, dan terutama tidak ia imani! 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline