Lihat ke Halaman Asli

Hennie Engglina

TERVERIFIKASI

Pelajar Hidup

[Seputar Vikaris] Selamat Jalan, Vikaris Melinda

Diperbarui: 30 Maret 2019   15:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

olahangambar:wikihow&covesia [dokpri]

Saya tamat Sekolah Tinggi Teologia Indonesia bagian Timur (STT INTIM) Makassar pada tahun 1997. Majelis Sinode Gereja Protestan di Sulawesi Tenggara (GEPSULTRA) menempatkan saya di Jemaat Tisarahi, yang berjarak 162,4 km dari kota Kendari, yakni di Desa Taubonto Kecamatan Rarowatu Kabupaten Bombana Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Sedikit tentang Bombana, lihat: Lako Mesikolah, Lagu Moronene Sulawesi Tenggara

Untuk apa saya ditempatkan di situ? Untuk menjalani masa vikariat atau masa persiapan menjadi seorang Pendeta. Pribadi yang menjalani masa vikariat disebut Vikaris. 'Vikaris' berasal dari kata Latin 'vicarius' atau 'vikaria', yang artinya wakil; pengganti; pembantu; penjabat.

Melinda Zidemi menyandang gelar Vikaris. Ia telah kurang lebih enam bulan menjalani masa vikariatnya di salah satu jemaat dari Gereja Kristen Injili Indonesia (GKII) di desa Bukit Batu Kecamatan Air Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan.

Masa vikariat adalah prasyarat yang harus dijalani oleh seorang yang hendak menyandang jabatan gerejawi selaku Pendeta. Seseorang tidak dapat ditahbiskan atau diteguhkan menjadi Pendeta bila belum melalui masa itu. Standar waktu yang diberikan umumnya adalah dua tahun.

Setelah dua tahun, Vikaris menjalani berbagai tes atau ujian. Jika lulus, ia kemudian diajukan untuk dapat diteguhkan menjadi Pendeta. Namun, bila belum lulus, ia harus kembali menjalani perpanjangan masa vikariat untuk mengikuti lagi ujian pada dua tahun kemudian. Seorang teman saya menjalani masa vikariatnya hingga empat tahun.

Kegagalan tes Vikaris umumnya ada pada hasil psikotes. Persolan psikis. Mental. Mentalitas. Hal mentalitas adalah poin penting dan mendasar bagi seorang Pendeta, sebab seorang Pendeta tidak bekerja dengan kertas, tetapi dengan manusia-manusia yang memiliki seribu satu karakter. Jumlahnya tak hanya satu, melainkan sekian banyak jiwa apalagi jemaat dengan jumlah anggota yang besar.

Semua itu dipercayakan Tuhan kepadanya untuk dituntun atau digembalakan dengan kasih agar menjadi manusia-manusia yang mengasihi manusia dan mengasihi Tuhan serta segala ciptaan-Nya. 

Hal mentalitas juga penting untuk menghadapi tantangan yang datang dari luar jemaat. Seorang Pendeta tidak bertumpu pada cerdas pikir, tetapi cerdas hati. Tidak hanya memiliki daya tahan tubuh, tetapi terutama berdaya tahan hati.

dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline