Lihat ke Halaman Asli

Yar Agoestian

Just an ordinary man.

Cerpen | Badut Paling Lucu

Diperbarui: 15 Juni 2020   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Devianart.com/Aiden Ivanov

Hari ini bagiku begitu spesial, aku menemukan seseorang yang aku rasa... memiliki satu frekuensi denganku dan hari ini kita ada janji untuk sebuah pertemuan, ini yang kesekian dan aku senang.

Dia sering menjadi lamunan, imaji yang begitu manis di pikiran.
Entah bagaimana setelah pertemuan dan tatapan pertama, aku jatuh cinta dengan tanpa alasan.

Di sebuah kedai kopi dekat alun alun kota Jogja kita memulai pertemuan. Obrolan kecil dibuka, tukar pikiran saling diutarakan dan satu pintu dalam hati ini pun dibuka pelan-pelan.

Aku pesan secangkir kopi dengan dua sendok gula saja dalam percampuranya, memang pahit masih begitu pekat tapi tak apa karena sebagian manis ada disenyumnya.

Guyonan, candaan dan tak jarang tingkah konyol aku tunjukan membuatnya tertawa adalah sebuah penghargaan tertinggi bagiku. "Kamu lucu, aku suka." Dilontarkannya sebaris kata yang tiba tiba saja membuat bunga bunga dalam hati ini bersemi. Ah, aku rasa aku benar benar jatuh cinta padanya.

Setelah pertemuan itu kita mulai jarang bertemu. Kini tak ada lagi balasan pesan yang begitu cepat atau dering telepon yang cepat cepat dijawab. "Kemana?" Tanyaku kepada rindu dan resah yang sejujurnya tak bertuan.

Ponselku berdering maka cepat cepat aku jawab panggilan itu. "Malam ini ayo bertemu, ditempat biasa dan jam yang sama." Ajak perempuan itu dengan suara yang aku rasa dia sedang rindu.

Malam adalah waktu begitu tepat! Akan aku sampaikan sebuah rasa, cinta dan rindu yang semakin hari begitu menyesakkan rongga di dada.
Aku datang tepat pada waktunya, disisi sana meja yang sering kita tempati berdua dia telah duduk tapi siapa pria yang ada disampingnya? Tanyaku pada gundah yang seketika mencekik begitu jahat.

"Hei!" Sapanya dengan panggilan yang begitu bahagia, aku duduk dihadapan mereka. "Perkenalkan ini Dwiki, tunangan ku." Sambil ia perlihatkan cincin di jari manis tangan kirinya. Seketika hancur, lebur hati ini bak di luluh lantakkan oleh bom atom Hiroshima yang udara terhirup begitu merajam sukma yang lemah.

Aku pergi dengan diam adalah cara pamit paling sakit dan malam itu aku adalah pria yang menjadi badut paling lucu untuk dibayar patah hati paling pilu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline