Mohon tunggu...
Yar Agoestian
Yar Agoestian Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary man.

Kadang suka nulis sambil rebahan. Apa yang tertulis terkadang adalah sebuah opini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Badut Paling Lucu

15 Juni 2020   11:18 Diperbarui: 15 Juni 2020   11:31 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Devianart.com/Aiden Ivanov

Hari ini bagiku begitu spesial, aku menemukan seseorang yang aku rasa... memiliki satu frekuensi denganku dan hari ini kita ada janji untuk sebuah pertemuan, ini yang kesekian dan aku senang.

Dia sering menjadi lamunan, imaji yang begitu manis di pikiran.
Entah bagaimana setelah pertemuan dan tatapan pertama, aku jatuh cinta dengan tanpa alasan.

Di sebuah kedai kopi dekat alun alun kota Jogja kita memulai pertemuan. Obrolan kecil dibuka, tukar pikiran saling diutarakan dan satu pintu dalam hati ini pun dibuka pelan-pelan.

Aku pesan secangkir kopi dengan dua sendok gula saja dalam percampuranya, memang pahit masih begitu pekat tapi tak apa karena sebagian manis ada disenyumnya.

Guyonan, candaan dan tak jarang tingkah konyol aku tunjukan membuatnya tertawa adalah sebuah penghargaan tertinggi bagiku. "Kamu lucu, aku suka." Dilontarkannya sebaris kata yang tiba tiba saja membuat bunga bunga dalam hati ini bersemi. Ah, aku rasa aku benar benar jatuh cinta padanya.

Setelah pertemuan itu kita mulai jarang bertemu. Kini tak ada lagi balasan pesan yang begitu cepat atau dering telepon yang cepat cepat dijawab. "Kemana?" Tanyaku kepada rindu dan resah yang sejujurnya tak bertuan.

Ponselku berdering maka cepat cepat aku jawab panggilan itu. "Malam ini ayo bertemu, ditempat biasa dan jam yang sama." Ajak perempuan itu dengan suara yang aku rasa dia sedang rindu.

Malam adalah waktu begitu tepat! Akan aku sampaikan sebuah rasa, cinta dan rindu yang semakin hari begitu menyesakkan rongga di dada.
Aku datang tepat pada waktunya, disisi sana meja yang sering kita tempati berdua dia telah duduk tapi siapa pria yang ada disampingnya? Tanyaku pada gundah yang seketika mencekik begitu jahat.

"Hei!" Sapanya dengan panggilan yang begitu bahagia, aku duduk dihadapan mereka. "Perkenalkan ini Dwiki, tunangan ku." Sambil ia perlihatkan cincin di jari manis tangan kirinya. Seketika hancur, lebur hati ini bak di luluh lantakkan oleh bom atom Hiroshima yang udara terhirup begitu merajam sukma yang lemah.

Aku pergi dengan diam adalah cara pamit paling sakit dan malam itu aku adalah pria yang menjadi badut paling lucu untuk dibayar patah hati paling pilu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun