Lihat ke Halaman Asli

Hanik Safitri

Mahasisiwi

Di Balik Senyumanmu

Diperbarui: 16 Desember 2019   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

No   Kicauan burung di pagi hari dan matahari mulai muncul menampakkan sinarnya aku pun telah bangun jauh sebelum matahari menampakkan sinarnya, dan itu sudah biasa bagiku karena aku harus membantu nenek untuk mengurusi dan merawatnya karena nenek sudah sakit-sakitan dari dua tahun yang lalu. Aku tinggal bersama nenek dan adikku. Ibuku telah pergi meninggalkanku. Tak peduli kalo dia punya anak. Tetapi aku bersyukur masih mempunyai nenek dan adikku.

Aku juga membuat kue untuk di jual di sekolah dan juga di titipkan di warung-warung demi untuk sekolah dan juga untuk kehidupan sehari-hari. Adikku kelas 3 SD sedangkan aku kelas 2 SMP. kita selalu berangkat bersama dengan sepeda bulukku. Setelah aku mengantar adikku kejadian apes menimpaku sepedaku ternyata banya bocor. Aku menuntun sepadaku, tiba-tiba di jalan ada seorang cowok yang berpakaian sama sepertiku menghampiriku. Dia bertanya kepada ku " kenapa sepedanya?" Lantas aku jawab "bocor". senyum ramahnya membuatku sedikit terlena, tapi aku segera sadar. Lalu ia pun membantuku menuntut sepedaku ke bengkel. Setelah itu dia mengajakku untuk ke sekolah naik motor bersamanya. Ketika di jalan kita berkenalan, ternyata nama dia Andi. Dia kelas sebelahku.

Sejak kejadian itu aku dan diapun menjadi dekat, kamipun belajar bersama, kadang dia membantu aku untuk mempromosikan kua jualan ku. Kami melakukannya bersama- sama, dan dia sangat ramah dengan ukiran senyum manis di wajahnya. Aku sudah terlanjur baper denganya. Kukira dia menyukaiku.

Hingga pada suatu hari, aku melihat dia bersama dengan seorang cewek, dan sepertinya cewek itu adalah kakak kelasku. Aku pun menghampirinya akhirnya dia mengenalkanku kepada cewek itu dan ternyata cewek itu namanya Sinta, dia adalah pacarnya Andi. Mereka telah berpacaran selama setaun. Dan ternyata juga Sinta ini baru pulang dari lomba debat di luar kota. Jadi selama dia lomba. Andi selalu bersamaku. Tetapi ia hanya menganggapku sebagai teman dan tidak lebih dari itu.

Aku pun sadar. Aku dan Sinta beda jauh. Sinta lebih segalanya daripada aku. Sedangkan aku gak punya apa-apa. Kecerdasan & kepinteranku juga tidak seperti dia, bahkan orangtuapun aku tak punya.

Sejak kejadian itu aku berusaha untuk menghilangkan rasa sukaku kepada Andi dan fokus untuk belajar demi masa depan yang cerah untukku dan keluargaku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline