Lihat ke Halaman Asli

Hamdanul Fain

Antropologi dan Biologi

Puisi | Hari yang Membisu dan Ambigu

Diperbarui: 13 Januari 2024   07:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Subuh mendekat dan kabut masih pekat
Jemarimu mulai takut
Meskipun hanya untuk menekan tombol like
Jari-jari itu membisu, apalagi lidahmu
Hanya akan menonton pertunjukan yang ambigu, matamu.. hatimu.. beku

Sebelum matahari terbit,
Lampu-lampu telah padam
Satu, dua, beberapa masih berkedip
Namun tidak cukup untuk menerangi keberanian yang mulai menggigil
Takut hak-haknya dicungkil
Karena keadilan telah mengerdil
Dilumat sedikit demi sedikit oleh kerakusan yang tamak dan tak jinak

Kebisuan semakin menjadi
Ketika jingga mencuat dan matahari tampak berenang-renang
Saat itu, pikiranmu tidak tenang
Itupun jika masih sanggup untuk berpikir
Karena sebagian sudah tak waras
Ikut memeras dan menjilati keringat-keringat mereka yang tertindas

Panggung-panggung dihiasi drama ambigu
Seambigu hatimu yang merindu petang segera tiba atau kembali pada malam sebelum subuh memekat




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline