Lihat ke Halaman Asli

Aksara yang Bercerita: Menyimak Kearifan Lokal dalam Buku Cerita Rakyat Jawa

Diperbarui: 23 September 2025   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di tengah arus globalisasi dan dominasi media digital, warisan budaya lokal sering kali tersingkirkan. Namun, di balik lembaran buku cerita rakyat beraksara Jawa berjudul Crita ana ing Blora, tersimpan kekayaan nilai, filosofi, dan identitas yang tak lekang oleh waktu. Aksara Jawa bukan sekadar sistem tulisan ia adalah jendela menuju cara pandang masyarakat Jawa terhadap dunia, kehidupan, dan hubungan antar manusia. 

Aksara Jawa: Simbol Identitas dan Ingatan Kolektif Warga Blora

Aksara Jawa, dengan bentuknya yang artistik dan ritmis, bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga simbol estetika dan spiritualitas. Ketika digunakan dalam buku cerita rakyat, aksara ini menghidupkan kembali suara leluhur yang menyampaikan petuah, humor, dan kebijaksanaan melalui tokoh-tokoh penting.

Penggunaan aksara Jawa dalam media cetak modern, khususnya buku cerita rakyat, menjadi bentuk revitalisasi budaya yang penting. Ia mengajak generasi muda untuk tidak hanya membaca cerita, tetapi juga menyelami makna di balik aksara yang mereka kenali sebagai bagian dari warisan nenek moyang.

Kearifan Lokal dalam Cerita Rakyat Blora

Cerita rakyat Jawa sarat dengan nilai-nilai lokal: gotong royong, hormat kepada orang tua, kesederhanaan, dan keseimbangan antara manusia dan alam. Dalam kisah ini mengenal asal-usul daerah Blora, generasi muda diharapkan lebih mencintai tanah kelahiran dan terdorong untuk berkontribusi dalam pembangunan dan pelestarian budaya lokal

Ketika cerita-cerita ini ditulis dalam aksara Jawa, nuansa lokalnya semakin kuat. Pembaca tidak hanya memahami isi cerita, tetapi juga merasakan atmosfer budaya yang melingkupinya. Aksara menjadi medium yang menyatu dengan isi, memperkuat pesan moral dan nilai-nilai tradisional.

Buku Cerita Rakyat sebagai Media Edukasi dan Pelestarian Pada Jenjang SMK

Buku cerita rakyat beraksara Jawa memiliki potensi besar sebagai media edukasi. Ia bisa digunakan di sekolah, sanggar budaya, atau komunitas literasi untuk mengenalkan aksara Jawa secara kontekstual dan menyenangkan. Pada kesempatan kali ini, buku cerita ini diterapkan pada salah satu sekolah yang ada di Kota Semarang, yaitu SMKN 2 Semarang. Bahkan beberapa penerbit dan komunitas literasi telah mulai menerbitkan buku cerita rakyat dengan desain visual menarik, ilustrasi khas, dan transliterasi aksara Jawa ke Latin. Ini membantu pembaca pemula untuk mengenali bentuk aksara sekaligus memahami isi cerita.

Menjaga Nyala Tradisi Lewat Lembaran Buku

Di era digital, buku cerita rakyat beraksara Jawa adalah bentuk perlawanan lembut terhadap pelupaan budaya. Ia mengingatkan kita bahwa tradisi bukanlah beban masa lalu, melainkan sumber inspirasi masa depan. Melalui aksara yang bercerita, kita diajak untuk menyimak, memahami, dan meneruskan kearifan lokal yang telah membentuk jati diri bangsa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline