Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Tantangan Dhamma dalam Revolusi Industri 4.0

Diperbarui: 21 Agustus 2022   05:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tantangan Dhamma Dalam Revolusi Industri 4.0 (gambar: bengkulutoday.com, diolah pribadi)

Seperti diketahui, kita sudah memasuki era Revolusi Industri 4.0 abad 21, dimana Internet Of Things , E-Learning, Cyber-Physical System, Artificial Intelligence, yang ciri -- cirinya adalah multitasking dan multimedia. Dan mengajari manusia lebih modern. Sedangkan nantinya Revolusi Industri 5.0 -- Era Society dimana manusia merupakan bagian dari teknologi dan informatika. Pekerjaan secara manual akan dianggap ketinggalan zaman.

Pertanyaannya adalah apakah tugas manusia akan digantikan oleh Robot? Konon kabarnya bahkan di Jepang, mereka lebih suka beristrikan robot. Bayangkan!

Teknologi Hologram sudah diterapkan di beberapa negara mengambil fungsi sebagai seorang "Guru", secara teknis tampaknya sangat efektif dan efisien, mampu mengatasi beberapa kelas sekaligus. Dalam segi biaya juga boleh dikatakan hemat. Mereduksi banyak tenaga kerja. Namun mari kita bayangkan, apakah Hologram bisa menggantikan keberadaan guru secara emosional?

Pekerjaan rumah dikerjakan oleh robot. Puaskah kita dengan hasilnya? Apakah sesuai dengan kualifikasi yang kita harapkan?

Lantas apa perbedaan manusia dengan robot?

Mari kita tinjau apa yang ada dalam pelajaran Agama Buddha.

Menurut ajaran Buddha Gautama, Hukum kesunyataan  adalah hukum abadi yang berlaku dimana-mana, mengatasi waktu dan tempat serta keadaan, dengan demikian perubahan secanggih apapun di dunia ini, walaupun Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan itu sangat luar biasa, tetapi manusia adalah makhluk yang terutama yang memiliki jiwa dan hati (perasaan) yang mengutamakan kemampuan sosial, spiritual dan kecerdasan emosi.

Perasaan (Vedana) merupakan salah satu mata rantai ketujuh dari hukum Paticcasamuppada. Vedana adalah penyebab dari Tanha, sedangkan Tanha adalah, dalam bahasa Pali, berarti "nafsu keinginan" yang selanjutnya muncullah kemelekatan

Contoh kemelekatan :

Ketika seorang melakukan gotong royong dalam kegiatan 17 Agustus, dengan perasaan senang gembira, namun ketika selesai kerjanya, sepatunya hilang sehingga orang itu marah kepada panitia penyelenggara, ketika perasaan berubah, disitulah terjadi kemelekatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline