Penulis: Grace Natania Marpaung (111251134), Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Nama Haji Agus Salim begitu lekat dalam perjalanan sejasrah bangsi Indonesia. Lahir di Kota Gadang, 8 Oktober 1884 dengan nama Masjhoedoelhaq yang berarti pembela kebenaran. Ia tumbuh sebagai sosok cerdas yang kelak memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sejak kecil, ketertarikan Agus Salim di bidang pendidikan sudah terlihat. Setelah menyelesaikan sekolah dasar di Europeesche Lagere School (ELS), ia melanjutkan ke Hoogere Burger School (HBS) di Batavia dan berhasil lulus dengan prestasi memuaskan. Meski sempat mengalami kegelisahan dalam memilih melanjutkan pendidikan di Belanda, Agus Salim akhirnya mengurungkan rencana tersebut karena berbagai pertimbangan, salah satunya karena ia lebih memilih untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Tidak berhenti di pendidikan, Agus Salim kemudian menekuni dunia jurnalistik sebagai sarana perjuangan. Tulisan-tulisannya yang tajam dan cerdas kerap mengkritik kebijakan kolonial sekaligus membangkitkan kesadaran rakyat akan pentingnya persatuan dan kemerdekaan. Dari sinilah namanya semakin dikenal luas keetika ia aktif dalam Sarekat Islam (SI). Ia juga ikut mendorong semangat generasi muda Muslim lewat Jong Islamieten Bond, organisasi yang berperan dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan di kalangan pemuda.
Setelah proklamasi, kiprah Agus Salim semakin menonjol. Ia mendapat amanah untuk menduduki jabatan penting di kabinet, termasuk sebagai Menteri Luar Negeri pada tahun 1947-1949. Dengan kemampuan luar biasa menguasai banyak bahasa asing mulai dari Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Turki, hingga Jepang, Agus Salim tampil sebagai diplomat andal yang memeprjuangkan pengakuan internasional atas kedaulatan Indonesia.
Oleh karena wibawa dan kebijaksanaannya, Agus Salim dikenal dengan sebutan "The Grand Old Man Indonesia". Selain itu, ia juga dikenal sebagai "Bapak Pandu Indonesia" berkat dedikasinya dalam membina gerakan kepanduan. Sebagai bentuk penghargaan, pemerintah menetapkan Agus Salim sebagai pahlawan nasional pada 27 Desember 1961 melalui Keputusan Presiden.
Haji Agus Salim wafat pada 4 November 1954 di Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Meski telah tiada, jejak perjuangan dan pemikirannya tetap abadi. Ia dikenang bukan hanya sebagai diplomat ulung, tetapi juga sebagai pejjuang yang menginspirasi bangsa untuk terus menjaga semangat kebebasan dan keadilan.
Referensi
2. https://kumparan.com/profil-tokoh/biografi-agus-salim-dan-perannya-untuk-indonesia-23scABhTwpC