Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa Akuntansi: Hebat Mengatur Keuangan Orang Lain, Tapi Gagal Mengatur Uangnya Sendiri?

Diperbarui: 4 Oktober 2025   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Bayangkan seorang mahasiswa jurusan akuntansi yang menguasai rumus laba rugi, mengerti konsep arus kas, dan mampu menjelaskan pentingnya penghematan biaya. Namun, saat akhir bulan tiba, saldo rekeningnya malah minus. Ironis, bukan?

Keadaan ini bukan hanya bahan candaan di kalangan mahasiswa. Menurut studi dari Universitas Djuanda (2023) yang dipublikasi dalam Karimah Tauhid Journal, sekitar 60% mahasiswa tidak konsisten dalam menyusun anggaran pribadi, meski sebagian besar memahami teori pengelolaan keuangan. Lebih mengejutkan lagi, banyak dari mereka mengaku mengalami kesulitan dalam mengendalikan perilaku konsumtif dan bahkan memanfaatkan pinjaman online untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meskipun mereka adalah calon akuntan, profesi yang erat kaitannya dengan ketelitian dan pengelolaan keuangan, pertanyaannya adalah, mengapa hal ini terjadi?

Teori Dikuasai, Praktik Ditinggalkan

Salah satu faktornya adalah adanya kesenjangan antara teori dan praktik.

Di dalam kelas, mahasiswa akuntansi mempelajari neraca, aset, dan aliran kas perusahaan. Namun, hampir tidak ada mata kuliah yang mengajarkan bagaimana cara menyusun "laporan keuangan pribadi". Mereka lebih terbiasa menghitung uang perusahaan, bukan uang pribadi mereka.

Keadaan ini semakin parah dengan kurangnya simulasi nyata dalam kurikulum yang ada. Seandainya mahasiswa diharuskan untuk mencatat semua pengeluaran mereka selam sebulan, mungkin mereka akan lebih menyadari bagaimana teori penganggaran dapat membantu memperbaiki kondisi keuangan pribadi.

Pengaruh Gaya Hidup Digital dan Konsumsi

Aspek lain yang tidak bisa diabaikan adalah dampak dari gaya hidup modern dan media sosial.

Setiap hari, mahasiswa disuguhkan dengan iklan "beli sekarang, bayar nanti". Meskipun mereka menyadari bahwa bunga pinjaman adalah beban, godaan untuk bertransaksi tetap tinggi. Ironisnya, sementara mahasiswa akuntansi bisa dengan cepat menghitung bunga efektif pinjaman, mereka kerap kesulitan menolak tawaran diskon 11.11.

Laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2024 menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan mahasiswa hanya mencapai 61,76%, tergolong biasa-biasa saja dan masih di bawah tingkat pegawai. Ini berarti bahwa pemahaman tentang konsep keuangan tidak selalu beriringan dengan perilaku keuangan yang baik. Banyak mahasiswa yang tahu "apa yang seharusnya dilakukan", tetapi tidak melaksanakannya akibat faktor mental dan sosial.

Kendala Utama adalah Kebiasaan, Bukan Kemampuan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline