Ketahanan pangan menjadi isu penting di tengah tantangan perubahan iklim, harga bahan pangan yang fluktuatif, dan berkurangnya lahan pertanian. Upaya menjaga ketersediaan pangan tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tetapi juga memerlukan partisipasi aktif masyarakat di tingkat desa. Salah satu contoh nyata datang dari Desa Bukur, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, di mana warganya menunjukkan bahwa kemandirian pangan bisa dimulai dari halaman sendiri.
Di Desa Bukur, Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, ketahanan pangan bukan sekadar slogan. Ibu-ibu PKK dan Kelompok Wanita Tani (KWT) bergerak nyata---mulai dari menanam ratusan bibit kangkung di kebun desa, hingga mengolah limbah organik rumah tangga menjadi Eco Enzyme yang ramah lingkungan. Didampingi mahasiswa KKN GIAT 12 Universitas Negeri Semarang (UNNES), dua kegiatan ini tidak hanya menumbuhkan sayuran, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan kemandirian pangan dan kelestarian lingkungan.
Pada Sabtu, 2 Agustus 2025, sebanyak 28 anggota PKK berkumpul di Kebun PKK Desa Bukur untuk melakukan penanaman bibit kangkung. Sebanyak 100 polybag berisi campuran tanah dan sekam padi disiapkan sebagai media tanam. Setiap polybag dibuat tiga lubang, masing-masing diisi tiga biji bibit kangkung.
Anggota PKK mengisi 100 polybag dengan campuran tanah dan sekam padi sebagai media tanam.
"Penanaman ini bukan hanya soal menanam sayur, tapi juga membangun kemandirian pangan di rumah masing-masing," ujar Ibu Lurah Desa Bukur, yang juga Ketua PKK Desa Bukur.
Usai penanaman, bibit disiram dengan larutan Eco Enzyme untuk membantu pertumbuhan, kemudian disusun rapi di Green House PKK.
Bibit kangkung disiram menggunakan larutan Eco Enzyme untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Mahasiswa KKN GIAT 12 UNNES menyerahkan modul panduan pembuatan Eco Enzyme beserta contoh hasilnya kepada Ketua PKK Desa Bukur.
Sosialisasi & Demonstrasi Eco Enzyme
Suasana sosialisasi ketahanan pangan keluarga bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Bukur, Minggu (3/8/2025).