Lihat ke Halaman Asli

NewK Oewien

Sapa-sapa Maya

Puisi | Senjakala Sepatu

Diperbarui: 2 Februari 2017   16:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepatu memilah bahan sepatu untuk dipilih seahli mungkin. Terkadang memang lensa kaca mata menim akurasi. Salah memilih. Ironis

Sepatu jadi. Siap melangkah dengan memukau. Diadu dengan aspal panas. Dicebur kedalam lumpur beringas. Sering kali hasil aksi menghasilkan puas. Tak jarang pula memberi lemas

Sepatu berjalan sudah berumur. Tampang lusuh, lentur, kendor dan keriput terlihat. Hasil berbagai corak terdapat. Pensiun langkah tepat di semat

Kini sepatu sudah masuk usia senjakala. Sebagian sepatu menjadikan sepatu sebagai koleksi yang berharga. Dijaga, dirawat dan ditempatkan di tempat yang terhormat. Dijadikan harta meusium yang berharga

Kini sepatu sudah masuk usia senjakala. Sebagian sepatu menelantarkan sepatu ditempatkan disudut ruang yang berdebu. Tanpa dibungkus kardus, bahkan kantong keresek yang sobek. Sedihnya, sepatu belum lenyap dari bumi

Sepatu memang pengabdi ulung. Meski terlantar masih bangga melihat senyum sinis Sepatu yang memanen jasanya

Ini kisah senjkala sepatu
Bukan manusia, karena
Sepatu yang menelantarkan sepatu adalah sepatu, lagipula
Manusia menghargai jasa, bukan?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline