Lihat ke Halaman Asli

Firdaus Tanjung

Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

Lika-Liku KPPS & Faktanya

Diperbarui: 17 Mei 2019   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KPPS sedang melayani pemilih. Suasana pagi maih terlihat sepi. (dok. pribadi)

Pergunjingan warganet di media sosial (medsos) tentang banyaknya petugas KPPS meninggal karena diracun sungguh sangat diluar batas kewajaran. Terlebih lagi masuk ke ranah politik oleh sebagian praktisi dan politisi. 

Opini pun berkembang dengan berbagai anasir-anasir liar di medsos. Dalam keadaan keluarga yang masih berduka mereka seolah melupakan sisi empati dan simpati kepada keluarga korban.

Penulis setuju apa yang disampaikan oleh salah satu Komisioner Bawaslu RI, M. Afifuddin seperti dilansir dari CNN, "Kita sangat menyesalkan, mengutuk praktik-praktik di luar sisi kemanusiaan. Misalnya ada korban meninggal karena diracun." Beliau sangat menyesalkan politisasi tentang meninggalnya petugas KPPS dengan isu tersebut.

KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) adalah orang-orang yang ditunjuk bekerja di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Mereka bekerja dengan tanpa lelah. Memikul tanggung jawab begitu besar agar penyelenggaraan Pemilu dan Pilpres serentak tahun 2019 ini dapat berjalan lancar, aman dan tertib.

Mereka bekerja dengan gaji yang tentu kurang sepadan diterimanya. Namun dengan penuh kesadaran mereka siap memikul tanggung jawab besar. Sebagai garda terdepan mereka meninggalkan pekerjaan maupun keluarga.

Sebagai ujung tombak penyelenggaraan pemilu dan pilpres serentak 2019 ini tentu memiliki rasa was-was jika sekiranya mereka tidak maksimal dalam bekerja. Wajar hal itu terlintas dalam pemikirannya.

Mulai dari persiapan tempat sampai esoknya menyelenggarakan pemilu bukan suatu hal yang sekedar formalitas belaka. Tapi lebih dari itu semua potensi dan energi dikerahkan untuk itu.

Memang ini merupakan tantangan berat dirasakan. Kenapa...? Karena Pileg dan Pilpres serentak 2019 ini disebut sebagai pemilu yang rumit dan baru pertama kali diadakan di dunia.

Dengan begitu mereka pun rela untuk mengurangi waktu tidur /istirahatnya. Baik itu sehari sebelum hari H maupun saat penghitungan suara yang rerata diselesaikan tengah malam dan menjelang waktu shubuh. Bahkan ada yang selesai pagi harinya.

Diakui memang dengan faktor kelelahan ditambah tingkat stres itulah daya imun tubuh jadi menurun. Yang tentu saja dapat memicu penyakit-penyakit bawaan yang pernah dialaminya, seperti penyakit jantung, asma, diabetes, pembengkakan jaringan saraf dan sebagainya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline