Lihat ke Halaman Asli

Yudel Neno

Penenun Huruf

Puisi | Balon-balon Sialan

Diperbarui: 21 Februari 2019   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menghitung angin itu hobi yang berhalusinasi, lagi  mustahil.

Seringan balon tertiup angin, semudah itu bangsa ini diteropong

Kabar angin itu tak suka, okelah, bukan tak suka tetapi tak boleh. Maraknya lagi, tak boleh tetapi lebih disukai oleh mereka yang menamakan diri kepala besar.

Balon-balon sialan, memukau pandang ribuan bola mata, entah mereka suka, atau mereka tak mau lurus pandang, atau mereka tidak tahu kalau yang terbang itu isinya kosong.

Balon-balon sialan, dilepas untuk menghambat tatap para pelepas itu sendiri untuk menatap sejumlah bintang dan dibungkus bak menawannya pelangi seusai gerimis teduh.

Balon-balon sialan, menghalangi tatap para visioner, merampas kodrat si elang perkasa, tersebar tak menentu, tak teratur merasuki susunan awan, hendak mengancam sejumlah sosok menuju tujuan.

Balon-balon sialan itu, sekejab saja, akhirnya, kalau mau bilang sadis, bolehlah sadis, yang penting sadisnya ibarat sakit gigi saja, perlahan namun merasuk sampai sum-sum

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline