Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Content Creator Tafenpah

Menulis sebagai Sarana Berkompetisi Secara Positif

Diperbarui: 22 Maret 2021   14:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis sebagai sarana berkompetisi secara positif. Dokpri.

Mereka yang pernah terlempar dari dirinya, sesamanya, lingkungan dan alamnya, entah karena kegagalan, peristiwa alam yang tak terduga, pasti tahu arti perjuangan dalam berkompetisi.

Tatkala kita mendengar kata "kompetisi" pikiran kita sudah tertuju pada hal-hal yang dikemas dalam intrik-intrik yang kurang mendukung. Misalnya, daya tipu muslihat, konspirasi, dll. Tapi, kompetisi yang saya kupas di sini adalah hal-hal yang berkaitan dengan semangat untuk mengalahkan cibiran orang lain secara positif.

Sadar atau tidak, di dalam kehidupan kita, kegagalan dianggap sebagai hal yang sangat memalukan. Dan bagi seorang anak atau keluarga yang mengalaminya, bahasa-bahasa miring yang menjatuhkan sudah tidak bisa dikendalikan dari mulut ke mulut. Lalu, berakibat pada pengerdilan semangat untuk berkompetisi.

Sejatinya, kompetisi dijiwai oleh semangat sportivitas. Orang yang pernah jatuh dalam kubungan kegagalan, ia akan tahu apa arti perjuangan. Ada berbagai motivasi dari perjuangan seseorang. Tapi, yang terpenting adalah ingin menunjukkan pada orang lain bahwa kegagalan itu merupakan kilas balik menuju pintu kesuksesan.

Sukses itu bukan hanya berupa kelimpahan materi dan dikelilingi oleh orang-orang yang mencintai kita. Tapi, kesuksesan juga bisa berarti kita mampu memberikan warna kehidupan sendiri melalui hobi kita.

Saya memilih hobi sebagai kompetisi yang positif. Karena dalam dunia tulis-menulis, saya tahu arti kesabaran, semangat mencari tahu hal-hal baru, komitmen dan selalu bersemangat untuk melakukannya.

Nilai-nilai positif di balik hobi mampu memberikan segalanya bagi saya. Dari hobi saya menunjukkan kepada orang yang dulunya mencibir saya, akibat kegagalan di masa lalu, bahwa saya juga bisa berdiri di atas kaki sendiri, tanpa mengemis seperpun dari mereka.

Selain itu, hobi juga membawa saya pada relasi yang tak terduga dengan orang lain. Kenikmatan hidup. Ruang terbuka untuk mengeluarkan unek-unek yang tertimbun di dalam pikiran.

Dari hobi, saya mampu membantu orangtua, sesama dan kebutuhan bagi diri sendiri. Teruntuk kamu yang saat ini sedang berada di titik terendah kehidupan, bangkit dan temukan hobi kamu. Dan tunjukkan pada orang-orang yang selalu mencibir dan memojokkan kamu, bahwa kamu juga bisa.

Mengapa orang lain bisa melalukan hal-hal sederhana dan berdampak positif bagi orang lain, lalu kenapa kita tidak bisa?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline