Lihat ke Halaman Asli

Fradj Ledjab

Peziarah

IPTEK Tidak Bebas Nilai

Diperbarui: 10 Mei 2021   05:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi Iptek. (sumber: Thinkstockphotos.com via kompas.com)

Diskusi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa dilepaskan dari Etika yang menjadi harapan dan tulang punggung untuk mengembalikan paradigma ilmu pengetahuan dan teknologi pada dimensinya. 

Etika memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memanusiakan manusia, menjadikan manusia sebagai makhluk yang bermartabat dan beradab. 

Manusia yang beradab adalah mereka yang berada dalam kebebasan berpikir, kebebasan untuk saling mencintai, kebebasan untuk saling menghormati, manusia yang beragama dan yang tunduk pada hukum keberadaban. 

Peranan etika akan sangat kentara ketika perkembangan ilmu dan teknologi mengalami peralihan fungsi dan tujuan. 

Etika diharapkan mengembalikan masalah moral yang berkaitan dengan cara penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Dengan kata lain ketika ilmu dihadapkan pada kenyataan, maka yang dibicarakan adalah tentang aksiologi keilmuan. 

Terdapat dua kelompok yang memandang hubungan antara ilmu dan moral (Jujun Suriasumanti: 1996) yakni Kelompok pertama, memandang bahwa ilmu itu harus bersifat netral, bebas dari nilai-nilai ontolog dan aksiologi. 

Dalam hal ini, fungsi ilmuwan adalah menemukan pengetahuan selanjutnya terserah kepada orang lain untuk mempergunakan untuk tujuan baik atau buruk. 

Kelompok pertama ini ingin melanjutkan tradisi kenetralannya secara total seperti pada waktu Galileo. Kelompok kedua, berpendapat bahwa kenetralan terhadap nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya, bahkan pemilihan obyek penelitian, kegiatan keilmuan harus berlandaskan asas-asas moral

Kelompok yang mengedepankan nilai moral mengkhawatirkan terjadinya dehumanisasi, di mana martabat manusia menjadi lebih rendah, manusia akan dijadikan obyek aplikasi teknologi kelimuan. 

Hal ini berkaitan peristiwa yang terjadi selama ini, yaitu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang dibuktikan dengan adanya Perang Dunia II. 

Ilmu telah berkembang dengan pesat dan sangat esoterik sehingga kaum ilmuwan lebih mengetahui akibat yang mungkin terjadi bila terjadi penyalahgunaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline