Bangsa yang tidak siap menghadapi perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat akan sangat tertinggal. Di abad ke-21 ini, tantangan global menuntut setiap individu untuk memiliki keterampilan berpikir kreatif, berpikir kritis dan pemecahan masalah, berkomunikasi, dan berkolaborasi, atau yang dikenal dengan 4C.
Dunia berkembang begitu cepat, dan teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia pendidikan. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, ada pula sisi negatif yang perlu diwaspadai, terutama bagi anak-anak.
Sejalan dengan era globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang makin canggih dan perannya makin luas, kualitas pendidikan harus ditingkatkan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk membekali para siswanya dengan keterampilan 4C. Inilah yang menjadi poin penting.
Selama ini, banyak anak mengenal teknologi dalam bentuk gim (game) yang ada di ponsel pintar, yang sering kali membuat mereka lupa waktu dan menghabiskan berjam-jam tanpa memberikan manfaat yang berarti.
Di sinilah peran penting orang tua dan guru, apalagi masih banyak orang tua yang masih merasa bingung dengan apa yang harus dilakukan di era digital ini, bahkan menganggap bahwa kegiatan anak bermain ponsel pintar adalah bagian dari pembelajaran. Padahal, alih-alih belajar, anak-anak malah terjebak dalam dunia media sosial dan permainan daring yang tidak jelas arahnya.
Memperkenalkan Scratch, Jembatan Menuju Pendidikan Bermutu
Sebagai solusi, beberapa sekolah mulai memperkenalkan Scratch, sebuah aplikasi pemrograman komputer sederhana yang menyenangkan dan interaktif.
Scratch adalah platform pemrograman visual yang memungkinkan anak-anak untuk membuat animasi, permainan, dan cerita interaktif tanpa perlu menulis kode yang rumit. Scratch dikembangkan oleh MIT Media Lab dan sejak diluncurkan pada tahun 2007, Scratch telah menjadi alat yang populer di kalangan siswa untuk belajar pemrograman.
Fokus belajar scratch (Gambar: pojokmungil.com)
Dengan menggunakan Scratch, para pengguna dapat membuat proyek interaktif dengan cara menyeret dan menyusun blok-blok perintah yang sudah disiapkan. Metode ini menghilangkan kerumitan sintaksis teks yang sering kali menjadi penghalang bagi pemula. Antarmuka yang intuitif dan visual membuat proses belajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Ini bukan hanya sekadar belajar membuat gim atau animasi, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk pemikiran komputasional.
Mempelajari pemrograman Scratch sangat penting untuk mencapai pendidikan bermutu dan siap hadapi tantangan Abad 21.