Lihat ke Halaman Asli

Dzulfikar

TERVERIFIKASI

Content Creator

Bermaafan Secara Virtual Tak Mengurangi Keikhlasan

Diperbarui: 14 Mei 2021   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Bermaafan (dokumentasi pribadi)

Tahun 2020 buat saya adalah tahun bermaafan. Ada sebuah momen di awal tahun yang membuat saya terbuka pikirannya. Beberapa kali saya sharing tentang resep hidup sehat, salah satunya adalah sehat pikiran.

Nah, sumber penyakit itu ternyata secara tidak sadar kita bawa dan mengendap sehingga menjadi penyakit. Entah itu sakit kepala, pegal-pegal di pundak dan sebagainya. Kata orang sih itu gejala psikosomatik.

Beruntung saya hadir dalam sesi sehat bersama Ketapels di awal tahun. Asli, sepulang dari acara tersebut saya mendapatkan banyak pencerahan. Salah satunya adalah sharing dari mbak Mey tentang bagaimana memaafkan dan mencintai orang lain.

To Love and To Forgive

Dua frasa tersebut sebenarnya sangat sederhana sekali. Bahkan dalam agama yang saya anut sebenarnya ini menjadi inti dari silaturahmi. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. 

Nah, orang yang bermanfaat itu tentu adalah orang yang pandai menggembirakan orang lain. Jadi sebenarnya itu esensi dari sebuah agama,

Malahan Rasulullah dalam kesehariannya memberikan teladan yang sangat luhur. Betapa luhurnya sifat dan kasih sayang Rasul kepada para pengikutnya bahkan orang yang membencinya, sampai-sampai Rasul itu menyuapi seorang Yahudi buta yang sering memaki-maki Rasul. 

Bahkan dalam sebuah kisah diceritakan bahwa Rasul sering dilempari kotoran orang seseorang. Ketika pelempar kotoran itu sakit, justru Rasul lah yang pertama kali menjenguknya. 

Ini membuktikan bahwa Rasulullah SAW adalah sosok yang welas asih, mulia, tidak baperan, dan selalu enteng memaafkan orang lain apapun perilakunya yang di luar batas wajar. 

Yuk Lebih Sehat dengan Memaafkan

Memaafkan ini saya rasa bukan hanya memaafkan orang lain saja lho. Tapi juga memaafkan diri sendiri dan memakluminya. Contoh jika ada keinginan yang belum terlaksana karena satu dan lain hal, jangan pernah menyalahkan diri sendiri. Tapi, maafkanlah, mungkin rezekinya memang belum ada di situ.

Apalagi dengan orang lain. Jika orang lain pernah melakukan kesalahan kepada kita, ya sudah maafkan saja dengan lapang dada. Toh, orang-orang yang berbesar hati memberikan maaf kepada orang lain yang mendzaliminya justru akan dijanjikan pahala dan syurga. 

Bermaafan Secara Virtual

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline