Lihat ke Halaman Asli

Efwe

TERVERIFIKASI

Officer yang Menulis

Drama All England 2021, Jangan Terjebak Disinformasi

Diperbarui: 18 Maret 2021   12:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CNNIndonesia.com

Masih ingat kasus seorang guru geografi dan sejarah asal Perancis Samuel Paty yang dibunuh secara keji oleh seorang pemuda asal Rusia berusia 18 tahun yang kemudian menggegerkan dunia lantaran efek penanganannya oleh pemerintah Perancis terkesan sembrono, ternyata seluruh rangkaian kejadian itu bersumber dari sebuah informasi bohong dari seorang anak berusia 13 tahun yang tak terverifikasi kebenarannya dan  kemudian menyebar bahkan sampai ke Indonesia .

Informasi palsu di dunia digital seperti saat ini memang menjadi momok yang sebenarnya bisa disebut sangat menakutkan, lantaran efeknya cukup dahsyat dan destruktif, seperti yang terjadi pada Paty dan Perancis.

Nah, seperti sekarang saja terkait kabar dipaksa mundurnya tim bulutangkis Indonesia dari ajang turnamen akbar nan bergengsi All England 2021, sudah dapat dipastikan akan banyak kabar misinformasi dan disinformasi yang berseliweran di dunia maya. 

Kita harus sangat berhati-hati menyikapinya, pilah, cek dan re-cek serta validasi informasi-informasi yang masuk, lantaran salah-salah bisa menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi bagi perbulutangkisan Indonesia dikemudian hari.

Informasi palsu, fake news, atau hoaks sering kali disebut sebagai" misinformasi" atau "disinformasi"seolah kedua istilah itu sama saja. Padahal kedua istilah tersebut berbeda makna. 

Misinformasi itu menjelaskan bahwa seluruh informasi yang ada itu palsu alias bohong yang tak secara sengaja tersebar akibat kurangnya pengetahuan terhadap hal yang bersangkutan.

Sementara disinformasi sengaja disebarkan dengan maksud untuk menyesatkan atau memanipulasi orang lain, melalui kabar yang rata-rata setengah benar.

Banyak pihak biasanya melakukan hal tersebut demi keuntungan pribadi atau kelompoknya, termasuk di dalamnya pemerintah sebuah negara. Dalam konteks negara atau hal-hal lebih luas disinformasi ini disebut propaganda.

Taktik disinformasi atau propaganda ini, mengutip laman daring The Economist, telah ada sejak jaman baheula tepatnya jaman Romawi Kuno. 

Namun kata disinformasi baru muncul pada abad ke 20, meskipun tidak jelas benar asal usulnya namun satu pihak memiliki teori bahwa pemimpin Uni Sovyet di masa menjelang perang dunia ke-2, Joseph Stalin yang pertama kali menciptakan kata "Dezinformatsiya"

Istilah ini ia ambil dari nama salah satu Departemen Propaganda dinas rahasia Uni Sovyet saat itu, KGB. Kata dalam Bahasa Rusia tersebut kemudian diadopsi ke dalam bahasa Inggris  menjadi "Disinformation"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline