Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Drama All England 2021, Jangan Terjebak Disinformasi

18 Maret 2021   11:41 Diperbarui: 18 Maret 2021   12:29 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Praktik Dezinformatsiya ini terus diasah oleh pemerintah negeri Beruang Merah ini selama perang dingin terjadi selama lebih dari 4 dekade.

Uni Sovyet saat itu kerap menyebarkan informasi palsu untuk memperluas perpecahan sosial dan politik di bagian lain negeri tirai besi ini.

Mereka secara serius menggarap berbagai isu untuk dijadikan sebagai alat propaganda, birokrasi yang terlibat di dalamnya sangat besar. Salah satu contoh desas desus yang mereka berhasil sebarkan adalah Amerika lah yang sengaja menyebarkan virus HIV penyebab Aids, yang mereka sebut sebagai "Operation INFEKTION"

Masalah disinformasi ini berkembang luar biasa pesat seiring perkembangan teknologi digital dan internet. Sebagian besar pemilu yang terjadi di berbagai negara di dunia hampir pasti disertai dengan kampanye dinformasi yang sangat terorganisir untuk menyebarkan rumor secara daring melalui berbagai platform media sosial guna menyerang lawan atau memanipulasi opini.

Menurut laporan dari Oxford University Inggris, pemilu yang dilaksanakan pada tahun 2019-2020 di 81 negara di dunia dihiasi dengan kampanye-kampanye disinformasi semacam ini, meningkat cukup tajam dibanding tahun 2017 yang hanya terjadi di 28 negara.

Terkadang partai politik peserta pemilu mengelola sendiri, tetap lebih sering mereka membayar pihak swasta untuk melakukan pekerjaan disinformasi ini.

Kampanye disinformasi juga kerap kali dijalankan oleh pihak asing yang ingin mempengaruhi hasil pemilu. Seperti yang sempat ramai saat Trump memenangkan Pilpres AS pada tahun 2016 yang disebut-sebut melibatkan Rusia.

Isu ini kembali mengemuka dan kini tengah ramai menjadi bahan perbincangan publik dunia, setelah AS dan Rusia bersitegang, bahkan saat ini Duta Besar Rusia di Washington Anatoly Antonov ditarik kembali ke Moskwa karena menurut Rusia hubungannya dengan AS "sudah buntu".

Langkah ini terpaksa diambil Rusia setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan President Rusia, Vladimir Putin, akan "membayar mahal" atas tuduhan campur tangan dalam pemilu.

Ya sumber masalahnya adalah upaya disinformasi oleh Rusia untuk membantu Trump memenangkan pilpres AS 2019 lalu, karena menurut laporan dinas intelejen AS Putin telah mengizinkan upaya untuk mempengaruhi kampanye pilpres AS akhir November 2020 lalu.

Operasional pelaksanaan upaya disinformasi seperti yang dituduhkan Biden pada rusia itu melaui penyebaran pesan menyesatkan yang biasanya dikirim oleh Bot dan kemudian secara masif diamplifikasi oleh ribuan bahkan jutaan akun bodong yang dijalankan oleh manusia, untuk menghindari moderasi yang dilakukan oleh admin paltform media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun