Lihat ke Halaman Asli

Fazil Abdullah

Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Politik Uang Baju Kotak-kotak Nidji

Diperbarui: 17 Maret 2017   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Baju kotak-kotak, baru saya tahu adalah "milik" Ahok. Dulu pas pilpres, pernah tahu "milik" Jokowi. Baju kotak-kotak kemudian menjadi tren fashion di kalangan anak muda. Entah sekarang masih tren di kalangan anak muda, saya tak mau cari tahu.

Baju kotak-kotak setahu saya dari zaman dulu sudah sering dipakai. Biasa baju kotak-kotak untuk model kemeja dan berbahan menyerap keringat. Dipakai oleh pekerja yang berpeluh keringat, misalnya pekebun, penambang, kontraktor di Barat sana. Indonesia zaman dulu entah ada baju kotak-kotak. Malas saya cari tahu.

Dari sejarah ini, baju kotak-kotak bermodal kemeja itu menjadi ciri dan membawa citra pemakainya adalah para pekerja kasar yang berpeluh. Jokowi entah kenapa dulu konsisten memakai baju kotak-kotak. Saya lagi-lagi enggan mencari tahu. Saya duga saja, mungkin baju kotak-kotak jadi simbol Jokowi hendak mencitrakan diri sebagai yang memperhatikan dan memperjuangkan para pekerja kasar itu, yang merupakan salah satu perwakilan "wong cilik", orang-orang lemah secara ekonomi. Dengan simbol baju kotak-kotak, Jokowi hendak membawa pesan akan memperjuangkan hak-hak orang lemah untuk mendapat kesejahteraan hidup. Mungkin begitu. Jika ia, mulia hatinya. Semoga terealisasi.

Lalu Ahok baru saya tahu dalam kampanye Pilkada Jakarta 2017 juga memakai baju kotak-kotak. Singkat pikir, saya mau bilang, "Ah, Ahok gak kreatip. Suka niru-niru. Kreatip dunk." Tapi saya pikir-pikir lagi, Ahok mungkin ingin memposisikan diri sebagai pejuang wong cilik juga melalui pesan di balik baju Jokowinya, eh maksud saya, baju kotak-kotak ciri khas Jokowi. Lebih jauh, pesan di balik baju kotak-kotaknya berarti ia sepemikiran, sehati, sejalan dengan Jokowi memperjuangkan orang-orang lemah di Jakarta untuk mencapai kesejahteraan hidup. Ya, mulia hatimu, Ahok. Semoga begitu.

Baju kotak-kotak karena sering melekat di Ahok dalam kampanye politik menuju kursi DKI 1, secara otomatis menjadi "milik"nya. Begitu yang melekat di persepsi orang-orang yang memperhatikan pakaiannya. Tapi bagi saya, sampai sekarang belum punya persepsi begitu. Baju kotak-kotak siapa saja boleh pakai. 

Saya baru ngeh kalo Ahok sering pakai baju kotak-kotak juga., ketika Giring "Nidji" kesandung gara-gara baju kotak-kotak. Apa pasalnya, dikabarkan berita gara-gara Nidji memakai baju kotak-kotak saat membagi sembako di Kampung Melayu yang baru kena musibah banjir, ia dilaporkan ke Banwaslu karena diduga melakukan politik uang.

Bagaimana ceritanya kok dari baju kotak-kotak yang dikenakannya tersangkut politik uang? Begini ceritanya, menurut berita telusuran singkat saya, pelapor mengkaitkan baju kotak-kotak Nidji adalah citra dan ciri khas milik Ahok. Maka, secara otomatis membagi sembako adalah bentuk politik uang untuk mempengaruhi warga yang terkena musibah itu memilih Ahok. Begitulah ceritanya saya tangkap.

Luar biasa. Dengan baju kotak-kotak bisa terjerat dugaan politik uang. Segitunya. Saya pikir, harus ada bukti pendukung lain lebih nyata untuk menuduh Nidji melakukan politik uang, menyuruh warga Kampung Melayu memilih Ahok. Salah satu bukti misalnya (ini pikiran nyeleneh saya ya...) di dalam sembako ada "surat cinta" berisi: "Wahai wargaku, pilihlah aku jadi gubernurmu. Selain aku, tak ada yang lebih baik. Tak ada yang memperhatikanmu dan menyayangimu. [Tertanda Yang Mencintaimu, Ahok: Calgub Jakarta]". Nah, ini tentu nyata. Surat cinta dalam sembako itu adalah bukti politik uang dari kubu Ahok, dan Nidji pun ikut tersandung di dalamnya. Tapi tersandungnya gara-gara baju kotak-kotaknya.

Kalau ditanya, kenapa Nidji diduga politik uang, "karena make baju kotak-kotak".

"Hah? Kenapa emang dengan baju kotak-kotak?"

"Baju kotak-kotak itu milik Ahok!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline