Lihat ke Halaman Asli

Fawwaz Ibrahim

Aktivis Pendidikan

Tebar Kasih Sayang dengan Menyimpan Gawai Saat Lebaran

Diperbarui: 14 Juni 2018   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pri | Ilustrasi Istimewa

Kebanyakan dari umat Muslim pada saat hari raya idulfitri tiba, tentu pada pagi harinya harus melaksanakan sholat sunnah. Ritual tersebut rasanya dilakukan oleh seluruh Muslim, pada saat 1 Syawal tiba. Adapun kegiatan pada saat setelah sholat, boleh jadi berbeda-beda baik setiap individu dan keluarga.

Namun kebanyakan dari keluarga Muslim, setelah pelaksanaan sholat sunnah selesai, melanjutkan pergi ke makam-makam para tetua yang telah tiada. Sependek ingatan saya, hal tersebut didasari keyakinan bahwa pada waktu tersebut, Tuhan memberikan kesempatan kepada orang yang telah tiada untuk melihat sanak keluarga yang hidup. Sehingga kesempatan tersebut, dimanfaatkan oleh mereka yang hidup berkunjung ke makam keluarga.

Akan tetapi ada juga sebagian lagi, yang melaksanakan keliling berkunjung kepada sanak saudara, kerabat hingga sahabat di sekitar lingkungan rumah. Tak hanya berkunjung, kesempatan tersebut juga dimanfaatkan untuk saling maaf memaafkan atas kesalahan yang dilakukan. Setelah itu, biasanya tuan rumah yang dikunjungi, memberikan kesempatan untuk menyantap kudapan khas lebaran.

Pada kesempatan menyantap kudapan lebaran, kalau saya sih lebih senang ngobrol bersama yang hadir. Kesempatan tersebut saya tak ingin sia-siakan, baik hanya untuk bertukar kabar atau bertukar pikiran atas sebuah isu yang terjadi di lingkungan sekitar. Tak hanya itu saja, kesempatan ngobrol dimanfaatkan karena boleh jadi, kesempatan tersebut sulit untuk didapat kembali.

Tak jarang pada kesempatan tersebut, kami yang saling berkomunikasi mendapatkan relasi baru, baik dari saudara teman atau lain sebagainya. Tentu hal tersebut memiliki dapat positif, baik pada individu maupun kelompok tertentu. Hal yang paling menyenangkan bagi saya, kegiatan setelah sholat sunnah lebih banyak dilakukan pada ranah sosial dengan lingkup yang cukup.

Hal yang sangat menarik bagi saya sebenarnya, pada kesempatan hari raya, kita tidak terlalu memperdulikan gawai yang dimiliki. Kita lebih senang berkegiatan sosial secara nyata, bukan pada tataran dunia digital atau maya. Ya, keasyikan dalam interaksi sosial yang nyata, boleh jadi akan didapat pada hari raya idulfitri tiba.

Interaksi sosial yang asyik boleh jadi telah terkikis, hal tersebut boleh jadi karena hadir pelbagai teknologi dari waktu ke waktu. Namun pada saat hari raya tiba, interaksi sosial yang khusyuk dan asyik hadir tanpa tedeng aling-aling. Mengalir begitu saya, dengan pelbagai pembicaraan yang berkembang dari  waktu ke waktunya. Asyik hadir tanpa syarat, dan dinikmati oleh siapapun.

Ya, interaksi sosial itu yang boleh jadi saya rindu, setiap pribadi memiliki cerita masing-masing dalam kehidupan, dan boleh jadi dapat mengalir dengan begitu mudah pada saat hari raya tiba. Setidaknya itu yang saya rasakan, kesempatan tersebut entah mengapa dapat mudah dalam berbagi cerita, canda juga tawa.

Kesempatan hari raya idulfitri bagi saya pribadi, sebagai salah satu momen yang begitu indah. Keindahan tersebut terbangun dengan begitu tulus, dimana setiap orang saling melemparkan kebaikan dalam bentuk yang bermacam-macam. Rasanya pada hari tersebut, setiap orang yang ditemui saling memberikan senyum baik kenal atau tak dikenal secara personal.

Keindahan yang terpancar pada hari raya, boleh jadi sebagai salah satu cerminan kasih sayang dan restu Tuhan pada hari tersebut. Tuhan seperti memberikan banyak kasih sayang, juga restu kepada jiwa-jiwa yang telah purna dalam menjalankan pendidikan yang diberikan Tuhan pada bulan Ramadan.

Semoga berbahagia untuk hari esok, dan mohon maaf lahir dan batin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline