Lihat ke Halaman Asli

Obrolan Warung Kopi (Refleksi Sosial Kaum Pinggiran)

Diperbarui: 8 Januari 2016   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: www.medan.panduanwisata.id"][/caption]Hari itu sore terlihat mendung, masih jam 4 saat kutatap arloji di tanganku. Udaranya enak dan sejuk, tidak seperti biasanya yang saya rasakan di kota yang padat seperti ini. Jarang – jarang memang di Tangerang udaranya sesejuk ini, walaupun kepulan asap kendaraan bermotor dan hiruk pikuk polusi suara masih hilir mudik di sekitaran warung kopi tempat saya melepaskan lelah waktu itu. Bulan desember, ya wajar sih, sudah gilirannya musim hujan di kota ini dan semacam berkah bagi masyarakat saat musim hujan tiba, setelah sekian lama merasakan kemarau panjang dan krisis air beberapa bulan belakangan ini.

Masyarakat disini seperti biasanya memiliki tutur bahasa yang ramah dan santun, sebagai orang Medan, saya harus bisa beradaptasi dengan lingkungan yang seperti ini. Saat itu dengan ditemani nikmatnya secangkir kopi susu panas yang menghangatkan sejuk hari itu, tak berapa lama disamping saya duduk sesosok pria yang cukup berumur, sepertinya pekerja bangunan serabutan di salah satu apartemen yang sedang dalam proses pembangunan. Tangannya terlihat kasar dengan peluh keringat yang menutupi tubuhnya hingga tampak mengkilap.

“Kopi item ne siji ya mbak” Ujarnya ke mbak pemilik warung

“Inggeh mas” Balas si mbak

Tak berapa lama pesanan si mas tadi datang

“Mari mas” Sapanya ke saya

“Iya, terima kasih” saya balas

Disini memang biasa begitu, tidak begitu berbeda dengan apa yang menjadi kebiasaan di kampung halaman saya, sebelum makan atau minum, ada semacam tata krama untuk menawarkan atau sekedar izin ke orang yang berada disebelah atau sekitar kita.

“Kerja didepan ya mas?” Tanyanya sambil menunjuk salah satu gedung mall di Tangerang yang kebetulan adalah tempat saya bekerja sekarang

“Iya mas” kubalas sambil mengangguk

“Iya, begitu lah ya mas, namanya juga hidup, harus kerja keras untuk makan sama kebutuhan anak istri” Ujarnya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline