Lihat ke Halaman Asli

fatrisia

menulis bebas

Cerpen: Cinderella Modern

Diperbarui: 12 April 2025   13:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Maukah kau menjadi istriku?"

Kalimat itu serupa busur yang dipanah tepat di jantungku yang seperti kehilangan degupnya dalam beberapa detik.

Momen di ruang tamu ini tiba-tiba terjeda. Pangeran bermata cokelat dengan senyum lebar seperti menyambut jawabku. Beberapa prajurit yang berdiri di dekatnya ikut menatapku. Aku tahu kata 'iya' adalah yang ditunggu.

"Maaf, saya tidak bisa, Pangeran," jawabku mencoba berani. Ini risiko besar. Pangeran sepertinya terhenyak. Aku hampir menghela napas. Bersitatap lagi dengan sepatu kaca yang sedang kupakai. Teringat bahwa sepatu sebelah kanan ini adalah alasan mengapa seorang pangeran bisa ada di rumah seorang rakyat biasa. Dia berhasil mencariku setelah malam pesta dansa yang berakhir menggantung.

Di sofa sebelah duduk mama tiriku dengan wajah puas. Ini untuk pertama kalinya dia tersenyum senang atas keputusanku. Dua saudara tiriku mulai berdiskusi kecil, mungkin memperebutkan kira-kira siapa yang akan dipilih pangeran setelah aku menolak.

"Tetapi mengapa? Aku yakin bisa membahagiakanmu." Pangeran tampak bersungguh-sungguh dengan kata-katanya.

Aku tidak tahu kebahagiaan seperti apa yang bisa dia janjikan pada gadis berkepang dua yang hidup sederhana sepertiku. Kehidupan istana seperti apa yang ingin dia persembahkan? Pada ujung-ujungnya aku yang akan berkorban banyak. Lagipula, apakah istana sudi menerimaku?

Mungkin kisah gadis biasa yang dilamar oleh pangeran masih dianggap seperti si gadis baru saja memenangkan lotre. Disepakati bahwa sang gadislah yang beruntung. Padahal itu sama halnya dengan berjudi akan takdirnya. Kehidupannya akan sangat berbeda. Aku, si gadis bebas yang bertemankan alam, tidak biasa menghadapi betapa ketatnya istana dan tekanan-tekanannya.

Lalu pangeran ini, apa yang membuatnya mencintaiku? Hanya karena aku cantik dan dia terpana di awal pertemuan? Hanya karena aku selayaknya bunga desa yang menemukannya setelah jatuh dari helikopter dan aku mengobati lukanya? Hingga berlanjut bertemu di pesta dansa istana dan dia langsung begitu yakin ingin menikahiku?

Bagaimanapun juga kecantikan ini akan pudar dimakan waktu. Sementara di luar sana banyak sekali gadis dan wanita cantik yang sudah dan akan dia temui. Sebagai lelaki terlebih seseorang yang punya kuasa, dia bisa menunjuk siapa saja dan berapa pun orangnya untuk menjadi istri-istrinya. Aku, meskipun mungkin akan menjadi yang pertama dan belum tentu satu-satunya, perlu mempertimbangkan itu.

Lagipula kami hanya bertemu beberapa kali dan itupun dengan obrolan basa-basi. Aku tidak tahu orangnya seperti apa dan begitupun dia yang hanya mengenal parasku. Mungkin setelah menikah kami bisa saling mendalami satu sama lain. Namun, mengenal setelah terikat sebuah hubungan hanya punya satu solusi yaitu penerimaan. Tidak bisa lagi banyak protes dan menolak. Apalagi sebagai istri aku tidak boleh banyak menuntut dan mengeluh, kata orang nanti suami jenuh dan akan berpaling.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline