Lihat ke Halaman Asli

Fatimah Hariyanti

Saat ini saya sedang menempuh pendidikan di Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Mengajarkan Akhlak Itu Penting, tapi Mengajarkannya Lebih Penting

Diperbarui: 9 Juli 2025   03:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa gunanya ilmu akhlak jika hanya dijadikan sebatas hafalan, bukan menjadi cerminan sikap dan perilaku?

Di era sekarang, tidak sedikit orang yang pandai berdebat tentang moral, bahkan mampu menguraikan teori-teori akhlak dengan lancar. Namun ironisnya, masih banyak yang melupakan penerapan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari khususnya di dalam pergaulan.

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, baik sebagai individu maupun sebagai bangsa dan anggota masyarakat. Sebab jatuh bangunnya, jaya dan hancurnya, sejahtera suatu bangsa dan masyarakat tergantung bagaimana akhlaknya, apabila akhlaknya baik maka sejahteralah lahir batinnya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk maka kehidupannya tidak akan tenteram. Ajaran Islam adalah ajaran yang bersifat universal yang harus diaktualisasikan dalam kehidupan individu, masyarakat, berbangsa dan bernegara secara maksimal.

Akhlak juga memiliki peran penting bagi semua orang, baik yang berpendidikan maupun tidak, yang tua maupun muda. Akhlak itu bukan hanya soal teori yang diajarkan di kelas, tetapi juga tentang bagaimana kita bersikap dan berperilaku terhadap sesama. Sayangnya, masih banyak orang yang mampu mengajarkan ilmu akhlak, tapi melupakan praktiknya. Di sinilah letak tantangan terbesar bagi kita, bukan hanya tahu tentang teori-teorinya tetapi juga harus mampu menjadi contoh nyata dari nilai-nilai moral yang kita ajarkan.


Pandai Mengajar, Lupa Meneladani

Disekitar kita, masih banyak orang yang fasih berbicara atau mengajarkan kita tentang betapa pentingnya nilai moral. Mereka tahu teori akhlak, mengajarkan cara penerapannya, bisa mengutip dalil atau hadits, bahkan mampu memberi nasihat di depan publik.

Namun, banyak dari mereka yang hanya pandai berbicara tanpa disetai praktik dan perwujudan nyatanya dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya, di sebuah pondok pesantren, ada yang rajin menasihati orang lain untuk selalu menghargai sesama, seperti tidak berbicara dengan kasar, menjaga etika ketika berbicara, tidak berteriak, dan menjaga ketenangan di kamar, masjid, maupun di tempat lain. Namun kenyataanya, orang tersebut justru sering berbicara dan tertawa dengan suara keras, hingga mengganggu kenyamanan orang lain di kamar.

Contoh lainnya yaitu, ada seseorang yang dia rajin banget menasehati temannya baik itu lewat dalil maupun yang lainnya untuk tidak berpacaran, tapi nyatanya dia sendiri ingin punya pacar.

Seolah-olah mereka lupa bahwa ajaran moral tidak hanya disampaikan lewat kata-kata, tetapi juga harus ada penguatan melalui perbuatan. Seperti yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, “Susungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” Ini menunjukkan bahwa akhlak itu tidak cukup hanya diketahui dan diajarkan, tetapi harus dicerminkan dalam tindakan nyata.

Dari sini patut kita renungkan, bagaimana seharusnya sikap kita? Jangan sampai kita hanya menjadi pengajar kebaikan tapi lupa menjadi pelaku kebaikan itu sendiri, karena sejatinya teladan jauh lebih didengar dan diingat daripada hanya sekadar kata atau ucapan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline