Lihat ke Halaman Asli

Fathi Khairi A

Insan yang masih belajar

Padatnya Angkutan Umum bagi Penglaju Jabodetabek

Diperbarui: 30 Agustus 2020   01:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Munculnya teknologi kereta api pada abad XIX di Inggris menimbulkan awal adanya pemisahan antara tempat kerja dan tempat tinggal. Pekerja yang memilih tinggal di tempat yang jauh dari atau di luar daerah lokasi kerjanya berada akan bepergian ketika berangkat atau pulang. Inilah yang disebut penglaju atau commuter dalam bahasa Inggris.

Adanya perbedaan jarak ini didorong oleh perkembangan transportasi yang memungkinkan perjalanan dan pertumbuhan kota yang menarik pencari kerja atau pelajar. Mulai terbatasnya lahan di kota juga memunculkan tempat tinggal atau kerja di luar area kota.

Telah lama dan terus berkembang daerah sekitar Jakarta daerah tempat tinggal seperti Kota Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Kab. Bekasi, Kab. Tangerang, dan Kab Bogor.

Penglaju umumnya menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Penglaju yang memakai transportasi berbasis jalan pastinya tidak asing dengan kemacetan. Untuk mobil pribadi dalam kemacetan dapat dikatakan lebih nyaman.

Namun, bagi pengguna tranportasi umum, jam-jam sibuk adalah waktu yang sulit. Kemacetan ditambah padatnya penumpang menimbulkan ketidaknyamnan tetapi banyak.

Begitu pula dengan pengguna kereta api yang jadi andalan untuk penglaju jarak jauh. Seperti KRL Commuter Line yang telah lama menghubungkan Jakarta dengan daerah suburban dan kota-kota satelit.

Penumpukan penumpang dapat terjadi jika kapasitas angkutan tidak dapat mengatasi lonjakan penglaju ketika jam sibuk. Penglaju yang datang secara bersamaan dan terus menerus mengharuskan angkutan tersedia hampir tiap saat.

Jarak antar waktu tibanya angkutan dan keterlambatan angkutan mengakibatkan penumpang yang telah ada belum terangkut dan telah didesak lagi oleh yang baru datang. Di pemberhentian berikutnya, penumpang disambut angkutan yang telah penuh akibat penumpang dari pemberhentian sebelumnya dan seterusnya sampai memasuki pemberhentian dimana penumpang banyak yang turun.

Kecepatan penumpang naik dan turun, mudah tidaknya bergerak dalam stasiun atau halte dan tata tertib diperlukan untuk menjaga kelancaran khususnya ketika transit. Kapasitas tiap kendaraan juga berpengaruh.

Bagi kereta api, ketersediaan 12 kereta per rangkaian membantu menerima penumpang yang lebih banyak dalam sekali jalan. Keterlambatan sendiri dapat terjadi akibat kesalahan teknis atau padatnya jalur. Kadang terdengar tersendatanya KRL karena adanya gangguan sinyal dan listrik aliran atas. Atau Hujan yang memperburuk kemacetan jalanan  dan menyulitkan penglaju bergerak.

Untuk kendaraan berbasis jalan seperti angkot dan bus, angkutan umum yang bercampur dengan lalu lintas kendaraan pribadi yang padat menjebak kendaraan tersebut akibatnya penumpang yang menunggu di halte tertunda untuk diangkut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline