Lihat ke Halaman Asli

Fariz Difa Ananda

Mahasiswa S1 Hubungan Internasional Universitas Muhammdiyah Yogyakarta

Strategi Belt and Road Initiative (BRI) sebagai Alat Investasi China kepada Asia Tenggara

Diperbarui: 6 Mei 2021   03:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada Juni 2020, China muncul sebagai negara besar pertama mengumumkan kembalinya pertumbuhan ekonomi sejak wabah pandemi Covid-19. Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) meningkat di kuartal kedua dan mencatat pertumbuhan PDB sebesar 4,9% pada kuartal ketiga 2020. Bahkan, International Monetary Fund (IMF) melaporkan ekonomi China tumbuh 1,9% pada tahun 2020, disamping China masih berusaha melakukan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 (CRS, 2021). Salah satu instrumen kebijakan luar negeri China yaitu Belt and Road Initiative (BRI) akan terus berlanjut, yang mana strategi ini digagas oleh Xi Jinping sebagai kebangkitan China dalam dunia internasional. Untuk menjawab permasalahan dalam tulisan ini penulis menggunakan perspektif neorealisme. Neorealisme sebagai salah satu teori hubungan internasional dimana Kenneth Waltz dan Mearsheimer merupakan dua pemikir neorealis terkemuka.

A. Neorealisme vs Realisme

Waltz sebagai promotor teori Neorealisme dalam tulisannya "Theory of International Politics (1979)" memiliki persepsi berbeda dengan Morgenthau dalam mengartikan kepentingan nasional. Waltz berpendapat kepentingan nasional bergerak seperti sinyal otomatis yang memerintahkan para pemimpin negara kemana mereka akan bergerak. Menurut Morgenthau dalam bukunya "The Concept of Interest defined in Terms of power", Kepentingan Nasional yang didefinisikan dalam istilah "power" menurut  Morgenthau berada diantara nalar, akal atau "reason" yang berusaha untuk memahami politik internasional dengan fakta yang harus dimengerti dan dipahami. Sehingga, power merupakan instrumen penting untuk mencapai kepentingan nasional. Dengan kata lain, kepentingan nasional menurut realis bersifat human nature, artinya manusia pada dasarnya akan haus akan kekuasaan, premis ini berbeda dengan neorealisme bahwa mereka (negara) akan selalu melakukannya secara otomatis.

B. Belt and Road Initiative Menurut Neorealisme

Mudahnya Belt Road Initiative (BRI) merupakan merupakan proyek besar yang dibentuk Tiongkok pada masa pemerintahan Xi Jinping pada tahun 2013. BRI mencakup dua aspek yaitu 'The Silk Road Economic Belt' dan 'The 21st Century Maritime Silk Road' yang kemudian disingkat Belt and Road. Tujuan utama dibentuiknya BRI yaitu untuk menghubungkan ekonomi Eurasia dengan investasi, perdagangan, dan infrastruktur . Dibalik tujuan tersebut, penulis akan menggunakan perpektif neorealisme ofensif, dimana ada tiga faktor yang mendorong Tiongkok untuk membuat kebijakan BRI yaitu: Pertama, kepentingan nasional Tiongkok dalam mengamankan jalur cadangan/pasokan energi yang menghubungakan Tiongkok ke Timur Tengah sekaligus mencari sumber energi alternatif di Asia Tengah. Asumsi ini terbukti dari kerjasama yang dilakukan Tiongkok dengan Pakistan lewat proyek infrastruktur seperti jalan raya, jalur kereta api, dan pipa gas, serta keputusan Pakistan memberikan kontrol dan manajemen operasional pelabuhan Gwadar di lautan Arabia kepada perusahaan Tiongkok, menawarkan akses ke Teluk Persia dan seluruh kawasan Timur Tengah. Dengan pembangunan infrastruktur sekaligus membatasi pengaruh India di kawasan tersebut dengan membangun hubungan Sino-Pakistan sehingga memungkinkan Pakistan berada pada posisi "Under a Chinese Security Blanket". Kedua, karena ambisi Tiongkok dalam mengambil alih peran kepemimpinan di kawasan yang terlihat dari usaha menyebarluaskan pengaruhnya lewat proyek kereta cepat yang juga bersaing dengan proyek besar dari Jepang. Sebagian besar negara-negara yang ada di kawasan Asia menyambut positif proyek Tiongkok sehingga dapat menjadi indikasi bahwa Tiongkok berhasil meningkatkan pengaruhnya. Ketiga, BRI sebagai upaya Tiongkok dalam membangun hegemoni baik itu di bidang keamanan maupun ekonomi. Di bidang keamanan, Tiongkok berusaha membentuk tatanan keamanan yang baru dengan mengajak negera-negara di kawasan untuk mengeluarkan Amerika Serikat dari urusan keamanan Asia. Sedangkan di bidang ekonomi, Tiongkok membentuk The Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang merupakan lembaga keuangan atau bank pembangunan multilateral dengan misi untuk meningkatkan keadaan sosial dan ekonomi di Asia dan sekitarnya. yang kemudian menantang institusi yang telah lama dibangun AS yaitu World Bank dan IMF  melalui Washington Consensus.

C. Dampak Belt and Road Initiative Bagi Asia Tenggara Termasuk Indonesia

BRI bagi Asia Tenggara secara keseluruhan hadir sebagai 'peluang ekonomi' yang besar. Selain itu, Kedekatan geografis dengan China telah melayani Asia Tenggara dan negara tetangga Asia Pasifik lainnya dengan baik sejauh ini. Selanjutnya, BRI disambut positif oleh negara-negara di Asia Tenggara. Hal ini terlihat dari Vietnam yang mendapatkan investasi infrastruktur dari Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), dengan total investasi $50 Milliar. Kemudian Filipina juga berencana untuk meminjam $ 3.4 milyar dari Tiongkok. Terdapat tiga proyek infrastruktur yang telah disepakati antara Tiongkok dan Filipina, terutama untuk proyek irigasi, penyediaan air bersih dan kereta api. 

Dampak positif yang dirasakan Indonesia terhadap kebijakan Belt and Road Initiative China yaitu pertama, Kebijakan Cina ini komplemen dengan kebijakan Poros Maritim Global (Global Maritime Fulcrum) Presiden Joko Widodo di tahun 2014 yang memiliki visi untuk mengoptimalkan tangible power sektor maritim yang sangat potensial dan menjadikan Indonesia  sebagai negara middle power yang semakin kuat secara ekonomi politk dan pertahanan di wilayah Asia Pasifik. Dengan kebutuhan akan modal yang sangat besar ini bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi salah satu partner paling erat dengan Cina dikarenakan kebijakan Belt and Road Initiative yang  ditawarkan Cina memang berupa  peminjaman dana infrastruktur. Beberapa proyek yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia adalah:

  • Kawasan Industri Terpadu Sei Mangkei di Sumatera Utara
  • Pembangunan infrastruktur di kawasan pariwisata Toba-Sumatera Utara
  • Bandara Sam Ratulangi di Sulawesi Utara
  • Pembangkit listrik tenaga air 9.000 MW di Sungai Kayan-Kalimantan Utara

Kesimpulan

Belt and Road Initiative (BRI) adalah proyek besar China yang berupa kebijakan ekonomi dan luar negeri yang diperkenalkan  Presiden Xi Jin Ping, yang sekaligus digunakan sebagai instrumen investasi mencakup wilayah Eurasia. Menurut perspektif neorealisme yaitu: Pertama, BRI merupakan alat kepentingan nasional China dalam mengamankan pasokan energi. Kedua, ambisi China dalam mengambil alih kepemimpinan di kawasan Asia Pasifik. Ketiga, sebagai upaya China dalam membangun hegemoni di bidang keamanan dan ekonomi. Adapun BRI sendiri direspon positif oleh negara-negara tetangga seperti Vietnam, Filipina, dan Indonesia yang melakukan peminjaman melalui AIIB untuk memuluskan proyek BRI itu sendiri.

Referensi:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline