Lihat ke Halaman Asli

Faris Dwi Ristian

Sebagai pendidik disalah satu sekolah negeri yang ada di Jawa Timur

Jejak Sejarah Perkembangan Pemandian Djarit Loemadjang

Diperbarui: 18 Januari 2025   16:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: KITLV A84 Ingang van de badplaats Djarit nabij Loemadjang

Pemandian Djarit Leomadjang merupakan tempat sumber mata air yang dimanfaatkan sebagai pemandian oleh bangsa-bangsa Belanda yang ada di wilayah Afdeling Lumajang. Pada tahun 1925 sudah ada bukti foto yang dipublikasikan oleh Leiden University Libraries dengan kode KITLV A84. Yang menggambarkan sumber air yang dilindungi sesek (bahan sekat yang terbuat dari bambu) dan ada foto mobil dengan ciri khas abad ke 19. 

Afdeling Lumajang mengalami perkembangan dari segi ekonomi setelah masa Cultuurstelsel, ini dapat dilihat dari perkembangan tanaman ekspor mulai dari kapas, tebu, tembakau, kopi dan teh di wilayah Lumajang. Transportasi mulai berkembang dengan adanya jalur kereta api dan jalur jalan sudah terhubung ditandai dengan banyak bangunan jembatan yang menghubungan dari satu wilayah ke wilayah lain seperti jalur selatan Lumajang - Malang.

Perkembangan afdeling Lumajang memberikan daya tarik tersendiri untuk bangsa-bangsa Belanda untuk menetap di wilayah bagian Afdeling Lumajang seperti wilayah bagian Pasirian.  Dengan menetapnya bangsa-bangsa Eropa Budaya mereka memberikan hal-hal baru terutama sumber air yang dimanfaatkan sebagai tempat pemandian untuk menyegarkan tubuh, menghilangkan rasa penat dan berolahraga renang.

Pemandian Jarit merupakan sumber air yang airnya berasal dari permukaan tanah yang tanpa ada galian tanah yang dalam. Jejak sejarah pemandian Jarit mulai dimanfaatkan dari masa Hindia-Belanda dan dimanfaatkan lagi perkembangannya ketika disahkannya ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960 yang menjelaskan Jawatan Kehutanan menjadi perusahaan pemerintah Negara. Pemandian Jarit untuk pengolahan dibawah perhutani wilayah Probolinggo yang menjadi satu kesatuan wilayah Lumajang. Dengan berjalan waktu pada kisaran kurang lebih tahun 1990 mulai dibagunnya pemadian umum Jarit untuk fasilitas umum dan dimanfaatkan sebagai tempat  konser-konser musik lokal pada hari besar waktu lebaran ketupat. 

Tahun 2000 ini pemandian jarit sebagai tempat wisata menjadi sangat populer di wilayah Lumajang hanya bersaing dengan pemandian Sulokambang. Namun pada tahun berikutnya kisaran tahun 2010 mulai tidak terawat dan kalah bersaing dengan tempat-tempat wisata lain mulai dari munculnya pemandian Hutan Bambu dan Pemandian Tirtosari yang lebih memberikan fasilitas lebih bagus dari Pemandian Jarit. Dokumentasi pemandian jarit pada tahun 2015 ini dapat menjelaskan tampilan yang tidak begitu menarik para wisatawan.

dok. Facebook Desa Jarit

Pemandian Jarit ini memiliki kelebihan yaitu sumber air yang besar dan sisah aliran air yang keluar dari kolam renang dimanfaatkan untuk tempat budidaya sayur teladak dan lokasinya  mudah dijangkau dekat jalan besar yang menghubungkan wilayah Lumajang-Bagian Selatan.

Pada perkembangannya pemandian Jarit tahun 2013- 2019 mengalami perubahan secara signifikan mulai dari fasilitas kolam renang yang menjadi 3 bagian, pertama kolam besar yang dengan kedalam kurang lebih 2 meter, kedua dengan kedalaman 1 meter dan ketiga kolam renang khusus anak-anak serta diberikan fasilitas permainan air dalam bentuk perosotan dan air mancur.

dok.Ulfa

Jejak perkembangan pemandian Jarit mulai dari masa Hindia-Belanda sampai pada tahun 2025 merupakan saksi bisu pasang surut pariwisata di kabupaten Lumajang. Tempat pariwisata yang menarik minat para wisatawan akan menggerakan roda perekonomian masyarakat sekitar pemandian Jarit. Belajar dari jejak perjalanan lama sejarah pemandian Jarit, kata merawat dengan berkesinambungan itu sebagai kunci bertahan pariwisata tetap ramai pengunjung untuk menghilang penat dan berolahraga renang

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline