Lihat ke Halaman Asli

Faishol Adib

Profiless

Saatnya Lombok Keluar dari Bayang-Bayang Bali

Diperbarui: 19 November 2021   19:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Terumbu Karang. Sumber: shutterstock.com

Saat masuk kuliah di Jurusan Sastra Arab UGM tahun 1998, saya aktif di Pers Mahasiswa BALAIRUNG. Sebagai awak bidang redaksi, tugas saya mencari berita dengan melakukan wawancara lalu menuliskannya. Namun, selama aktif di UKM tersebut, tugas saya bukan semata mencari dan menulis berita.

Suatu kali saya ditunjuk sebagai ketua panitia pelatihan lanjut untuk awak redaksi. Salah satu pembicaranya wartawan senior Tempo, Mardiyah Chamim. Saya pun ditugaskan ke Kantor Tempo untuk menemui langsung Mardiyah Chamim agar berkenan menjadi pembicara dalam pelatihan tersebut. Itu lah pertama kali saya pergi ke Jakarta, meggunakan kereta ekonomi dari Stasiun Lempuyangan Jogja menuju Stasiun Senen, Jakarta.

Selama aktif di BALAILURUNG, saya juga berkesempatan mengunjungi Lombok untuk mengikuti Kongres Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI). Saat itu, saya lebih tepatnya menemani Monica Eviandaru Madyaningrum sebagai Pemimpin Umum BALAIRUNG dan Lukman Hakim Arifin sebagai Pemimpin Redaksi BALAIRUNG untuk mengikuti kongres.

Kami naik kereta ekonomi dari Jogja menuju Banyuwangi, lalu menyeberang dengan kapal ke Bali dan dilanjutkan melintas ke Lombok. Saat tiba di Pelabuhan Lombok, kami berusaha berhemat dengan menumpang truk untuk keluar pelabuhan dan akan mencari angkutan menuju Universitas Mataram setelah keluar dari pelabuhan.

Tapi kami sedang tidak beruntung karena sopir dan kernet angkutan di pelabuhan tahu kalau dalam sebuah bak truk ada penumpang yang menyelinap. Tak ada pilihan, kami pun harus menggunakan moda transportasi pelabuhan yang buat kami tidak murah.

Melewati jalanan berkelok dan terkadang naik, kami melihat sekelompok monyet bergelantung di pepohonan yang kami lewati. Kami pun tiba di Universitas Mataram sebagai lokasi pelaksanaan kongres. Bertemu dengan sesama aktifis persma dari berbagai kampus di Indonesia, kami berbagi cerita pengalaman mengelola persma. Obrolan berlanjut dalam diskusi-diskusi sesuai agenda kongres.

Kongres pun berjalan lancar. Sebelum pulang ke Jogja, kami mengunjungi beberapa lokasi wisata untuk menikmati pesona Lombok. Gili Trawangan dan Gili Air menjadi tujuan kami. Kami juga mengunjungi Kuta Lombok.

Hamparan pasir putih menjadi ciri pantai itu, dan mungkin pantai-pantai lain di Lombok. Tak banyak pengunjung yang kami temui, baik wisatan lokal maupun asing. Hanya ada beberapa bule yang kami lihat. Beberapa pedagang souvenir menghampiri kami untuk menjajakan pernak-pernik souvenir berbahan bebatuan, kerang, rumput laut, dan lainnya.

Di Gili Trawangan, snorkeling menjadi pengalaman wisata yang begitu indah buat saya. Cukup berenang beberapa meter dari bibir pantai, mengapung di permukaan air, lalu melihat apa yang ada di dalamnya. Sesekali masuk tipis-tipis ke dalam laut lalu kembali ke permukaannya lagi.

Warna-warni ikan dengan bergai jenis dan ukuran, terumbu karang dengan berbagai bentuk, dan rumput laut menjadi pemandangan yang begitu menakjubkan. Satu jam tidak cukup untuk merasakan pengalaman itu. Rasanya ingin seharian, bahkan menginap di pinggir pantai untuk bisa terus menikmati keindahan bawah laut dari sebagian kecil pesona Lombok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline