Lihat ke Halaman Asli

Faisal Haitsam

Berpayah-payah menulis diatas batu, daripada musykil menggores diatas air.

Utang, Life Style yang Membunuh

Diperbarui: 30 September 2022   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Beberapa hari yang lalu, jagat maya dihebohkan Ibu paruh baya, Bariani mengakhiri hidupnya sendiri. Sebelum tragedi memilukan itu, diawali dengan membunuh kedua anaknya dengan meminumkan pestisida. Lalu tewas gantung diri.

Muasal tindakan edan si Ibu, karena perkara ekonomi, utang-piutang. Beban hidup dengan utang berkepanjangan merontokan daya tahan pikiran dan jiwanya. Tak lagi mampu berfikir rasional. 

Ini bukan kali pertama, kasus serupa sudah berulang kali terjadi. Godaan berhutang acapkali sangat menggoda, padahal konsekuensi jangka panjangnya bisa sangat horror.

Dulu, tetangga kami punya kisah serupa. Menganggap enteng perkara utang. Dia 'terusir' dari kampung halamannya sendiri, malu, akibat sering mangkir ketika ditagih. 

Ketika merantau, berharap kebiasaan jahiliyah itu berhenti, tapi nyatanya semakin menjadi-jadi. Ia harus berpindah-pindah tempat tinggal, lari dari kejaran si pemberi utang. Dikampung meninggalkan 'aib keluarga' di rantau bergerilya dari satu tempat ketempat lain, seolah diuber-uber kompeni.

Perkara utang bukan soal sepeleh. Namun ada juga  manusia memperlakukan utang layaknya 'candu'. Belum lunas utang kemarin, rasanya sesak jika hari ini tak mengambil utang baru. 

Ini lebih parah dari jenis manusia gali lobang tutup lobang. Dan mayoritas orang Indonesia berhutang bukan untuk hal produktif, tapi memuaskan nafsu homo sapiensnya untuk perkara remeh temeh.

Ada problem besar dari masyarakat kita terkait uang. Dan ini diwariskan sejak zaman kolonial, jadi kurikulum disekolah-sekolah. Bahwa pemahaman kita terkait finansial ada yang harus diluruskan. 

Dialam bawah sadar kita, tertanam mindset pola hidup konsumtif. Sedangkan ilmu mengelola uang sangat minim jadi topik pembahasan rakyat jelata. Tak heran pola hidup kita, menunggu gajian diawal bulan, berutang diakhir bulan. 

Tentu tak semua orang seperti itu. Namun ada lingkaran setan yang acapkali jadi mata rantai: bila penghasilan minim, gaya hidup tinggi, standar gengsi tak bisa diredam, kadang muaranya adalah utang.

Fenomena life style utang ini semacam tuntutan zaman baru. Utang kadang menjelma seperti madu, manis, tapi mengandung racun.  Terkadang itu tidak disadari. misalkan ketika pak kurir teriak di depan rumah, pakettt... pekettt.. pakett... saya terkadang tergopoh-gopoh keluar rumah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline