Di kawasan Bandung Utara khususnya Lembang dan sebagian Kabupaten Bandung tekanan terhadap keberadaan lahan hijau kian terasa. Alih fungsi lahan menjadi pertanian intensif, hotel, dan pemukiman seringkali terjadi tanpa disertai penanaman pohon keras di lahan yang sudah gundul. Akibatnya, kawasan yang seharusnya menjadi penyokong ekosistem (seperti kawasan lereng, daerah resapan air, dan hutan kecil) kehilangan vegetasi penting yang dapat mempertahankan kestabilan lingkungan dan keanekaragaman hayati. Hal ini membuat upaya konservasi bukan sekadar pilihan, melainkan keharusan.
Salah satu usaha yang menonjol adalah yang dijalankan oleh PT Pertamina Patra Niaga AFT Husein Sastranegara di Blok Konservasi Saninten, di ujung Kampung Sukaluyu RW 08 Desa Suntenjaya, Lembang. Ketika mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) datang berkunjung ke sana, mereka tidak hanya diajak melihat pohon Saninten yang tumbuh, tetapi diperkenalkan kepada keseluruhan proses. Mulai dari bagaimana awal mula konservasi dijalankan, bagaimana modul-modul edukatif dikembangkan, bagaimana komunitas lokal dan pemangku kepentingan ikut serta dalam tiap tahapnya.
Saninten: Pohon Endemik yang DilindungiPohon "Saninten" memiliki nama ilmiah Castanopsis argentea. Di Indonesia, Saninten juga dikenal dengan nama lokal seperti "rambutan hutan" atau "sarangan. Status konservasinya cukup mengkhawatirkan. Saninten adalah spesies yang dikategorikan hampir punah (endangered) menurut IUCN. Karena itulah ia masuk dalam daftar tumbuhan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, yang kemudian mengalami beberapa perubahan (misalnya dengan Permen LHK No. 106 Tahun 2018).
Dalam kunjungan tersebut, mahasiswa UPI mendapat paparan tentang berbagai program inovatif yang telah dijalankan di Blok Konservasi Saninten:
1. Konsep Agroforestri Kopi: Agroforestri kopi adalah pendekatan yang memanfaatkan pohon keras endemik seperti saninten untuk menjadi "pohon pelindung" atau pengarah dinamika agroekosistem kopi. Selain memberikan naungan dan keberagaman hayati, pohon-pohon keras mendukung kesuburan tanah dan membantu ketahanan iklim mikro.
2. Pusat Pembelajaran "Saung Saninten" adalah sebuah fasilitas edukatif di lapangan yang dirancang sebagai ruang bagi mahasiswa, komunitas lingkungan, sekolah, dan masyarakat sekitar untuk belajar langsung tentang konservasi pohon endemik, pemeliharaan, teknik agroforestri, penanaman, dan monitoring.
3. Modul Konservasi (MOKA) Saninten yakni Modul belajar yang sistematis dan terstruktur, mencakup materi teoretis dan praktik, yang dapat digunakan sebagai pedoman pengelolaan konservasi Saninten, mulai dari penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit, sampai monitoring keberhasilan. Modul ini penting untuk memudahkan replikasi di tempat lain. MOKA Saninten juga terus berinovasi mendorong pengenalan penanaman pohon kepada pelajar di Sekolah Dasar dengan menerbitkan MOKA Saninten versi kartun.
Dokumentasi Juli 2025
Program SANINTREE (Saninten Conservation Tree)Di lahan kritis Bandung Utara, AFT Husein Sastranegara bersama para stakeholder (pemerintah daerah, masyarakat lokal, lembaga swadaya masyarakat, akademisi) berupaya melaksanakan program penanaman dan pemeliharaan Saninten di kawasan yang sudah rusak atau gundul. Prosesnya mencakup perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Inilah yang membedakannya: konservasi bukan hanya sekadar penanaman pohon, tetapi juga pemeliharaan jangka panjang dan edukasi kepada masyarakat luas supaya kesadaran dan kapasitas lokal tumbuh.
Harapan dan Dampak Kunjungan Mahasiswa Kunjungan seperti yang dilakukan mahasiswa UPI, juga komunitas lingkungan adalah kegiatan yang sangat strategis. Mereka bisa melakukan:
1. Benchmarking, dengan mempelajari praktik baik di Blok Konservasi Saninten, sehingga bisa diadopsi atau disesuaikan di wilayah kritis lainnya.
2. Penelitian: data lapangan yang dikumpulkan oleh mahasiswa dapat memberi insight baru tentang teknik konservasi, adaptasi terhadap kondisi iklim lokal, dan efektivitas modul-modul konservasi.
3.Replikasi program: dengan adanya materi seperti MOKA Saninten , serta fasilitas seperti Saung Saninten, maka replikasi ke lokasi lain baik dalam Bandung Utara maupun di daerah lain menjadi lebih mudah dan terstruktur.
Kunjungan mahasiswa UPI ke Blok Konservasi Saninten bukan hanya sebuah aktivitas akademis belaka, tetapi sebuah langkah konkret dalam memperkenalkan dan menguatkan praktik konservasi pohon endemik di Indonesia. Melalui pemahaman tentang Castanopsis argentea (Saninten) yang dilindungi menurut regulasi KLHK, usaha konservasi yang melibatkan agroforestri kopi, pusat pembelajaran (Saung Saninten), modul konservasi (MOKA), dan program SANINTREE menunjukkan bahwa konservasi itu tidak berhenti pada menanam pohon, melainkan meliputi pemeliharaan, edukasi, serta partisipasi berbagai pihak.
Harapannya, semakin banyak pihak kampus dan komunitas yang terinspirasi untuk melakukan pola konservasi serupa, sehingga kawasan kritis di Bandung Utara dan wilayah lain bisa pulih dan lestari, bukan hanya secara vegetasi, tetapi juga dalam fungsi ekologis, sosial, dan ekonomi.