Lihat ke Halaman Asli

EVRIDUS MANGUNG

TERVERIFIKASI

GURU - PENCARI MAKNA

Guru Biasa, Dampak Luar Biasa

Diperbarui: 1 Mei 2025   17:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang guru mungkin hanya satu dari sekian banyak, tapi bagi murid-muridnya, ia bisa menjadi segalanya.  (Sumber: Pixbay.com)

Di balik papan tulis dan catatan harian, ada sosok yang mungkin tampak biasa saja: Guru. Tapi siapa sangka, dari ruang kelas kecil itulah lahir perubahan besar dalam hidup seseorang. 

Ketika Saya Nyaris Berhenti Jadi Guru

Saya masih ingat pagi itu. Langit sedikit mendung, tapi tak lebih suram dari hati saya saat melangkah ke sekolah. Di tangan saya ada setumpuk lembar tugas yang penuh coretan merah, bukan karena nilai jelek, tapi karena saya mencoret harapan saya sendiri.

Mungkin saya lelah. Mungkin saya kecewa. Atau mungkin saya hanya manusia biasa yang sedang mempertanyakan arti dari semua perjuangan ini.

"Apakah saya cukup berarti untuk mereka?" pertanyaan itu berputar-putar seperti jarum jam yang tak kunjung sampai di angka dua belas.

Di kelas, saya duduk sebentar sebelum memulai pelajaran. Seorang siswa mendekat dan dengan polosnya bertanya, "Pak, nanti sore Bapak bisa berkunjung ke rumah saya? Saya akan mengerjakan tugas Bapak sampai malam dan rasa ngantuk tiba."

Saya menatapnya, dan di detik itu juga, semua keraguan saya mereda. Karena ternyata, tanpa saya sadari, saya menjadi bagian dari semangat seseorang. Dan itu lebih dari cukup untuk membuat saya bertahan.

Guru Itu Bukan Selalu Tentang Papan Tulis

Orang sering kali melihat guru sebagai orang yang mengajar. Tapi bagi saya, menjadi guru bukan cuma soal menjelaskan rumus, mengoreksi tugas, atau membagikan nilai. Kadang, kita lebih mirip seorang pengayom, teman curhat, atau bahkan penonton diam yang hanya perlu hadir agar murid merasa tidak sendirian.

Saya pernah berdiri di depan kelas dengan rencana pelajaran yang sempurna, tapi kemudian membatalkannya karena seorang siswa datang dengan mata sembab dan hati yang kusut. Hari itu, saya tidak mengajarkan mata pelajaran agama. Saya hanya mendengarkan. Dan di akhir hari, saya tahu saya tetap menjalankan peran saya sebagai guru bukan dengan mengajar, tapi dengan peduli.

Ketika Kata-Kata Sederhana Jadi Titik Balik

Saya pernah diberi secarik kertas kecil oleh murid saya. Isinya cuma satu kalimat: "Pak, terima kasih sudah percaya saya bisa."

Kamu tahu rasanya? Rasanya seperti menemukan emas di tengah tumpukan debu. Karena sering kali, kita sebagai para guru biasa tidak tahu bahwa kalimat yang kita ucapkan dengan ringan bisa menjadi titik balik hidup seseorang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline