Lihat ke Halaman Asli

Erna Suminar

Pembelajar, sederhana dan bahagia

Lesbian dan Kemerdekaan Orientasi Seksual

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah anda bertemu dan berteman dengan lesbian atau diindikasikan lesbi. Saya pernah. Mungkin anda yang belum pernah bersinggungan dengan mereka akan bertanya, serupa apakah mereka ?Saya akan jawab, lazim seperti perempuan pada umumnya, ada yang feminine dan ada pula yang tomboy.

Perempuan yang berperan sebagai ‘istri’ disebut sebagai femme, sedangkan peran ‘suami’ disebut sebagai buches. Umumnya kelompok lesbi ini sangat tertutup, tidak mudah mengorek keberadaan mereka di dunia nyata. Namun di dunia maya keberadaan mereka tidak terlalu sulit dicari. Salah satu situs besar tempat eksis dunia lesbi di Indonesia adalah www.sepocikopi.com.Dari situs itu anda bisa memahami sudut pandang mereka tentang diri, sex,ketuhanan, kemanusiaan serta filsafat kehidupan dalam perspektif yang mungkin bagi sebagian besar orang akan mengernyitkan dahi. Namun jika kita mau membuka cakrawala berpikir, kita juga dapat meningkatkan kefahaman mengapa mereka menjadi lesbian dan memilih lesbian sebagai orientasi seksual mereka.

Bukan Cerita Baru

Dunia lesbian sebenarnya bukan cerita baru. Sejak zaman nabi Luth pun penyimpangan orientasi seksual ini sudah ada. Ternyata dalam sejarah kehidupan seksual orang Jawa lesbianisme ini telah ada. Praktek lesbianisme di Jawa tersurat dalam Serat Centhini yang ditulis pada pertengahan abad ke 18 yaitu di bab yang menceriterakan orientasi seksual Nyi Demang.

Di dunia Barat, perkembangan kaum lesbian lebih progressdan berani di bandingkan di dunia Timur. Bisa jadi dilatari budaya di dunia Barat dimana membincangkan seksual bukanlah suatu hal yang tabu, ini sangat berbeda dengan dunia Timur yang menganggap membincangkan urusan seksual sebagai perbincangan yang tidak bermoral.

Penggagas kebebasan orientasi seksual inidimotori oleh para Feminis Radikal sepertiMillet, Shulamith dan Firestone. Mereka menganggap bahwa akar ketimpangan perempuan dan laki-laki disebabkan karena peran reproduksi. Perempuan Mengandung, Melahirkan dan Membesarkan (3M) adalah penghambat utama eksistensi perempuan dan memperlemah posisi tawar perempuan atas laki-laki. 3M itu menjadi jeda kehidupan perempuan dan ketergantungan kepada laki-laki sehingga laki-laki melakukan opresi (kekerasan) kepada perempuan, karena perempuan jadi “tergantung” kepada laki-laki.Oleh karena itu salah satu cara pembebasan perempuan adalah dengan cara membebaskan orientasi seksualnya.

Menurut feminis radikal, perempuan harus diizinkan mengeksplorasi dimensi femininnya. Karena itu biarkan perempuan bermasturbasi, berhubungan seks dengan sesama perempuan atau kalau mau dengan laki-laki. Namun khusus untuk berhubungan dengan laki-laki, perempuan diharapkan agar jangan membiarkan laki-laki mengendalikan seksualitasnya, sembari menekankan bahwa betapa berbahayanya membangun heteroseksualitas. Aaahh.. perempuan juga kan bisa membangun kenikmatan seksual sendiri secara eksklusif melalui otoerotisisme dan lesbianism, dan inilah kenikmatan seksual yang sesungguhnya, kata mereka. Kemampuan reproduksi dalam tubuh perempuan dapat dijadikan bargaining power, karena perempuan yang menentukan apakah spesies manusia akan berlanjut atau tidak.Dan inilah kekuatan perempuan. Jadi laki-laki jangan macam-macam.

Lesbian & Estafet Kehidupan

Sebenarnya, terus terang saja ketika saya membaca pemikiran-pemikiran Feminis Radikal ini sangat tercengang. Adakah kehidupan ini akan begitu tenang dan demikian indahnya tanpa kehadiran laki-laki ?Jika melulu dalam kehidupan ini masalah seksual yang dijadikan posisi tawar, apakah dalam hidup ini manusia kerjanya cuma berhubungan seksual ?

Ditengah kesadaran akan hak azasi, menghukum seseorang karena ‘kelesbianan-nya’ memang menjadidilema tersendiri, karena lesbian itu adalah pilihan dan biasanya menjadi lesbian karena mereka memilikialasan-alasan pribadidia merasa tak punyapilihan selain menjadi lesbian, salah satunya karena ia sering melihat arogansi laki-laki, KDRT dan bisa juga karena“diperkosa” oleh lesbian.

Hanya mungkin perlu di sadari, bahwa pernikahan hubungan seksual perempuan dan laki-laki, bukanmasalah transaksi biologis, namun didalamnya terkandung serah terima estafet kehidupan agar panggung sejarah kehidupan tetap ada.

Perlawanan-perlawanan perempuan kepada laki-laki ini sebaiknya direnungkan lebih dalam lagi, karena di dunia ini tidak semua laki-laki itu durjana, dan sikap radikal perempuan akan sangat menyakiti laki-laki yangtulus dan lembut hati. Seperti kata Basofi Sudirman, Tak Semua Laki-Laki….

____________

Sumber Gambar : www.jedadulu.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline