Lihat ke Halaman Asli

Eni Rulianti

Pengendali Ekosistem Hutan Muda

Menanamkan Budaya "Sampahku Tanggungjawabku" dari Rumah

Diperbarui: 5 Februari 2024   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengumpulan sampah anorganik dari rumah di kompleks Masjid Baiturahman Pojok Wonokerto Turi Sleman 

Sampah, mendengar kata ini sekilas langsung berfikir barang yang tak berguna, iya nggak? pada dasarnya sampah adalah sesuatu barang yang dibuang atau tidak dipakai dari suatu produksi atau aktivitas manusia dan alam. Sampah bagi orang di desa dengan lahan yang masih cukup luas biasanya di buang dipekarangan berupa jogangan, tapi kondisinya masih dicampur antara sampah organik maupun anorganik. Seiring bertambahnya penduduk produksi sampah semakin banyak dan beragam tetapi lahan kosong semakin berkurang, pemukiman makin padat sehingga tak ada tempat untuk membuat jogangan. Alhasil semakin banyak juga sampah yang akhirnya dibaung ke TPA  pada hal sebagian besar sampah yang dibuang merupakan sampah sisa makanan atau sampah lain yang mudah terdekomposisi. Olah karena itu lambat laun TPA pun mengalami over load atau penuh, pemerintahpun kewalahan dalam mengelolanya.

Sampah organik maupun anorganik bisa dikelola mulai dari rumah masing-masing, ada beberapa cara untuk mengurangi dan mengelola sampah organik antara lain mengurangi belanja bahan makanan berlebihan, mensodakohkan makanan yang lebih, mengajak anggota keluarga untuk mengolah sampah organik menjadi kompos maupun pakan ternak. Di rumah kami membuang sampah organik di jogangan yang kami buat secara sederhana. Sampah sisa makanan dan sisa dapur kami kumpulkan diember kecil yang tertutup supaya tidak mengndang lalat dan kutu sampah.

Wadah tertutup untuk mengumpulkan sampah organik sisa makanan di rumah, menggunakan toples bekas makanan pabrikan.

Toples plastik bekas makanan pabrikan kami manfaatkan untuk mengumpulkan sampah organik di dapur, sehingga tidak perlu membeli wadah khusus dan mengeluarkan biaya lagi.

Jogangan kecil dan sederhana kami gunakan untuk membuag sampah organik

Setiap pagi atau sore wadah sampah organik yang penuh kami masukan ke dalam jogangan, kadang kami mencampur dengan sedikit sampah kertas untuk mengurangi bau, jika sampah ini telah membusuk dan terdekomposisi kami akan mengambilnya sebagai media tanam, saat ini masih sebatas alam yang melakukan proses dekomposisi dalam jogangan. Untuk warga yang berada di kota dengan keterbatasan lahan, jogangan bisa diganti dengan menggunakan ember atau tas sampah yang bisa dibeli ditoko pertanian. Tetep semangat ya!

Jogangan yang sudah penuh dan dirasa sampah sudah terdekomposisi kami ambil untuk menanam di pot

Selain itu, kami juga menanam tanaman daung bawang, cabe, pepaya dari biji sisa atau cabai yang membusuk, meskipun hasilnya belum seberapa tetapi ini adalah pelajaran bagi anak-anak bahwa barang bekas maupun sampah makanan masih bisa di manfaatkan dalam rangka mencintai bumi tempat kita berpijak. 

Potongan akar daun bawang yang sudah ditanam bisa dimanfaatkan sebagai bahan masakan di rumah

Tanaman pepaya ini merupakan biji yang biasanya dibuang begitu saja, di sini bisa diambil daun dan bunganya untuk sayur

Sampah anorganik dapat dipilah kembali sesuai dengan jenisnya, beberapa jenis sampah anorganik memiliki nilai ekonomi yang relatif masih baik, sebagai contoh plastik, botol plastik, besi dan kardus. O iya jelantah juga bisa dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut, jelantah memiliki nilai ekonomi lumayan tinggi, jadi jangan dibuang ya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline