Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Syawal Djamil

Penikmat Kopi Sanger.

Menjadi Tan Malaka: Menulis Apa Saja

Diperbarui: 6 Juni 2019   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

BAGI mahasiswa ilmu sosial atau kalangan yang tertarik dengan isu-isu sosial, Tan Malaka bukanlah nama yang asing di benak mereka. Kenapa? KareNa setiap karya Tan Malaka (dipastikan) sudah menjadi bacaan atau referensi wajib bagi mereka dalam menganalisis suatu problema. Wabilkhusus yang berminat pada teori-teori yang bisa dikatakan sedikit "kekirian". Tan Malaka memang dijadikan idola utamanya.

Tan Malaka, tak dapat kita mungkiri lagi, beliau dikenal sebagai seorang yang berhaluan kekirian. Dia dengan pemikirannya yang "keras" selalu menjadi lawan bagi mereka-mereka yang berdiri dalam ruang lingkup kekuasaan.

Semasa hidupnya, Tan Malaka banyak menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan yang disebarluaskan kepada seluruh penjuru Nusantara. Tujuannya ya satu: nusantara merdeka 100%.

Sampai saat ini memang negara kita belum merdeka 100%. Kalau melihat secara teritorial memang benar negara kita sudah bebas dari belenggu penjajah atau bangsa kolonial. Akan tetapi dalam sistem tatanan pemerintahannya, sistem politiknya dan juga sistem ekonominya negara kita masih saja bergantung pada bangsa lain dan belum mandiri. Sehingga mudah didikte oleh bangsa lain--bentuk jajahan baru.

Tan Malaka sangat lihat dan cerdik dalam memprediksi wajah kemerdekaan Nusantara agar merdeka tidak setengah-setengah. Istilahnya, jangan sampai bernasib kayak monyet di kebun binatang, di mana jiwa dan raga memang terlepas, tapi hidupnya tersandera, tidak bebas bergerak.

Makanya, meskipun hidup di pengasingan, ditangkap hingga dipenjara untuk kesekian kalinya, bahkan sampai-sampai harus melarikan diri ke luar negeri, Tan Malaka tetap konsisten menyebarluaskan pemikirannya dalam bentuk tulisan-tulisan, yang jika sampai ke tangan pembaca (dipastikan) akan memberikan efek 'berontak' yang luar biasa di alam pikirannya.

Padahal, jika ditelisik kehidupannya Tan Malaka tidaklah semudah kita sekarang. Apalagi untuk melahirkan sebuah karya. Pun sumber-sumber imajinasi dan ide pemikiran untuk dijadikan sebuah karya sangat sukar didapatnya.

Beda dengan kita. Hanya mengandalkan kekuatan 'klik' melalui media jari telunjuk saja maka beragam informasi lintas dunia akan didapat. Sehingga sangat membantu dan memudahkan dalam menulis sesuatu.

Sebagai makhluk yang dianugerahi akal dan pikiran, kemudian dibarengi oleh lingkungan tempat tinggal yang nyaman, tidak ada lagi perang dan kekacauan sepertinya di eranya Tan Malaka berkarya, maka kita harus mampu melahirkan karya-karya yang setidaknya mendekati level Tan Malaka.

Sebisa mungkin kita harus mulai berani dan membiasakan aktivitas menulis terhadap apa saja yang ada dilingkungan kita, yang kiranya setelah kita tulis akan memberikan manfaat bagi orang banyak.

Sebagai seorang yang bergerilya di alam maya, salah satunya Kompasiana, saya melihat ada banyak sekali informasi-informasi baru yang dewasa ini kita dapati melalui lapak maya tersebut. Semuanya berkat ada orang-orang yang berani dan menyediakan waktu untuk menulis. Meskipun tak dapat dimungkiri, banyak juga informasi yang berseliweran tanpa pangkal yang jelas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline