Mohon tunggu...
Muhammad Syawal Djamil
Muhammad Syawal Djamil Mohon Tunggu... Guru - Penikmat Kopi Sanger.

Meminati Isu-isu Politik, Pendidikan dan Sosial Budaya Masyarakat. Tulisan-tulisan lainnya bisa diakses di: https://emsyawall.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Tan Malaka: Menulis Apa Saja

6 Juni 2019   14:05 Diperbarui: 6 Juni 2019   14:15 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

BAGI mahasiswa ilmu sosial atau kalangan yang tertarik dengan isu-isu sosial, Tan Malaka bukanlah nama yang asing di benak mereka. Kenapa? KareNa setiap karya Tan Malaka (dipastikan) sudah menjadi bacaan atau referensi wajib bagi mereka dalam menganalisis suatu problema. Wabilkhusus yang berminat pada teori-teori yang bisa dikatakan sedikit "kekirian". Tan Malaka memang dijadikan idola utamanya.

Tan Malaka, tak dapat kita mungkiri lagi, beliau dikenal sebagai seorang yang berhaluan kekirian. Dia dengan pemikirannya yang "keras" selalu menjadi lawan bagi mereka-mereka yang berdiri dalam ruang lingkup kekuasaan.

Semasa hidupnya, Tan Malaka banyak menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan yang disebarluaskan kepada seluruh penjuru Nusantara. Tujuannya ya satu: nusantara merdeka 100%.

Sampai saat ini memang negara kita belum merdeka 100%. Kalau melihat secara teritorial memang benar negara kita sudah bebas dari belenggu penjajah atau bangsa kolonial. Akan tetapi dalam sistem tatanan pemerintahannya, sistem politiknya dan juga sistem ekonominya negara kita masih saja bergantung pada bangsa lain dan belum mandiri. Sehingga mudah didikte oleh bangsa lain--bentuk jajahan baru.

Tan Malaka sangat lihat dan cerdik dalam memprediksi wajah kemerdekaan Nusantara agar merdeka tidak setengah-setengah. Istilahnya, jangan sampai bernasib kayak monyet di kebun binatang, di mana jiwa dan raga memang terlepas, tapi hidupnya tersandera, tidak bebas bergerak.

Makanya, meskipun hidup di pengasingan, ditangkap hingga dipenjara untuk kesekian kalinya, bahkan sampai-sampai harus melarikan diri ke luar negeri, Tan Malaka tetap konsisten menyebarluaskan pemikirannya dalam bentuk tulisan-tulisan, yang jika sampai ke tangan pembaca (dipastikan) akan memberikan efek 'berontak' yang luar biasa di alam pikirannya.

Padahal, jika ditelisik kehidupannya Tan Malaka tidaklah semudah kita sekarang. Apalagi untuk melahirkan sebuah karya. Pun sumber-sumber imajinasi dan ide pemikiran untuk dijadikan sebuah karya sangat sukar didapatnya.

Beda dengan kita. Hanya mengandalkan kekuatan 'klik' melalui media jari telunjuk saja maka beragam informasi lintas dunia akan didapat. Sehingga sangat membantu dan memudahkan dalam menulis sesuatu.

Sebagai makhluk yang dianugerahi akal dan pikiran, kemudian dibarengi oleh lingkungan tempat tinggal yang nyaman, tidak ada lagi perang dan kekacauan sepertinya di eranya Tan Malaka berkarya, maka kita harus mampu melahirkan karya-karya yang setidaknya mendekati level Tan Malaka.

Sebisa mungkin kita harus mulai berani dan membiasakan aktivitas menulis terhadap apa saja yang ada dilingkungan kita, yang kiranya setelah kita tulis akan memberikan manfaat bagi orang banyak.

Sebagai seorang yang bergerilya di alam maya, salah satunya Kompasiana, saya melihat ada banyak sekali informasi-informasi baru yang dewasa ini kita dapati melalui lapak maya tersebut. Semuanya berkat ada orang-orang yang berani dan menyediakan waktu untuk menulis. Meskipun tak dapat dimungkiri, banyak juga informasi yang berseliweran tanpa pangkal yang jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun